Timbal (Pb) adalah logam yang bersifat toksik terhadap manusia, yang bisa berasal dari tindakan mengonsumsi makanan, minuman, atau melalui inhalasi dari udara, debu yang tercemar Pb, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, dan lewat parenteral. Logam Pb tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga bila makanan dan minuman tercemar Pb dikonsumsi, maka tubuh akan mengeluarkannya. Orang dewasa mengabsorpsi Pb sebesar 5-15% dari keseluruhan Pb yang dicerna, sedangkan anak-anak mengabsorpsi Pb lebih besar, yaitu 41,5%. Di dalam tubuh manusia, Pb bisa menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin (Hb) dan sebagian kecil Pb dieksresikan lewat urin atau feses karena sebagian terikat oleh protein, sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan , lemak, dan rambut. Waktu paruh timbale (Pb) dalam eritrosit adalah selama 35 hari, dalam jaringan ginjal dan hati selama 40 hari, sedangkan waktu paruh dalam tulang adalah selama 30 hari. Tingkat ekskresi Pb melalui sistem urinaria adalah sebesar 76% , gastrointestinal 16%, dan rambut, kuku, serta keringat sebesar 8%. Timbal (Pb) dalam tubuh terutama terikat dalam gugus –SH molekul protein sehingga menghambat aktivitas kerja sistem enzim. Pb mengganggu sistem sintesis Hb. Komponen utama Hb adalah hem yang disentesis dari glisin dan suksinil koenzim A (KoA) dengan piridoksal sebagai kofaktor, setelah beberapa langkah bergabung dengan Fe membentuk hem, dimana langkah awal dan akhir terjadi di mitokondria, sedangkan langkah antara terjadi di sitoplasma. Enzim yang terlibat dalam pembentukan hem yang paling rentan terhadap Pb adalah asam δ-aminolevulinat sintetase ( ALAS), uropporfirinogen dekarboksilase (OROT), dan koproporfirinogen oksidase (COPROT). Penghambatan sintesis Hb mengakibatkan terjadinya anemia. Senyawa Pb dalam tubuh akan mengikat gugus aktif enzim ALAD sehingga mengakibatkan pembentukan porfobilinogen dan tidak berlanjutnya proses reaksi. Keracunan akibat kontaminasi Pb bisa menimbulkan berbagai macam hal, seperti meningkatnya kadar AlAD dalam darah dan urine, meningkatnya kadar Protoporphin dala msel darah merah, dan kadar sel – sel darah merah yang masih muda, serta meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah. Bentuk ion Pb 2+ mampu mengantikan keberadaan ion Ca2+ yang terdapat dalam jaringan tulang. Hal itu disebabkan oleh senyawa- senyawa Pb yang bisa memberikan efek racun terhadap berbagai macam fungsi organ tubuh. Mekanisme Toksisitas Pb berdasarkan organ yang di pengaruhinya adalah : 1. Sistem haemopoietik ; dimana Pb menghambat sistem pembentukan Hb sehingga menyebabkan Anemia. 2. Sistem Syaraf; Dimana Pb bisa menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsy, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium. 3. Sistem urinaria; dimana Pb bisa meyebabkan lesi tubulus prokksimalis. 4. Sistem gastro – intestinal; dimana Pb menyebabkan kolik dan konstipasi 5. Sistem kardiovaskuler; di mana Pb bisa menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh darah. 6. Sistem Reproduksi berpengaruh terutama terhadap janin yang belum lahir atau dalam kandungan. 7. Sistem endokrin; dimana Pb mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal. 8. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi. Gejala dan tanda-tanda klinis akibat Pb : 1. Gangguan gastrointestinal, seperti kram perut, kolik, dan biasanya diawalinya dengan sembelit, mual, muntah-muntah, dan sakit perut yang hebat. 2. Gangguan neurologi berupa ensefalopati seperti sakit kepala, bingung atau pikiran kacau,sering pingsan dan koma. 3. Gangguan funsi ginjal, oliguria, dan gagal ginjal yang akut bisa berkembang dengan cepat.
3 Komentar::
Menarik untuk disimak gan blog dan artikelnya...
informasinya mnarik gan..
Thanks buat infonya, bermanfaat banget buat saya
Posting Komentar
♥♥♥Eit..Eit..kayanya pengunjung mau kirim komentar nih tentang bacaan barusan..ya dah..NAME/URL juga boleh kok..Makasih yah.. ♥♥♥