;
headline photo
Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan

PEMBUATAN KERTAS DARI KAYU

Minggu, 07 April 2013

Pasti teman-teman semua sudah tau, pernah melihat, pernah mendengar, pernah memegang dan pernah memakai kertas sebagai tempat untuk menulis sesuatu kan??? Tapi apakah teman-teman tau dari apa kertas itu dibuat dan bagaimana proses pembuatan kertas tersebut??? Naah sekarang ayo teman-teman baca artikel ini untuk mengetahui proses pembuatan kertas??? Yuk kita mulai dari apa seh kertas itu??? Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet. Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini bisa dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada naskah naskah Nusantara beberapa abad lampau. Kita semua tentu sering menggunakan kertas untuk berbagai kepentingan, baik untuk menulis, membaca, atau untuk membungkus gorengan barangkali. Kertas yang sering kita gunaka itu biasanya terbuat dari kayu yang diolah dengan teknologi modern sehingga sampai ketangan kita. Untuk lebih mengenal kertas yang kita gunakan mari kita pelajari proses pembuatan kertas, tapi sebelum kita mempelajari prosesnya kita liat dulu sejarahnya. Sejarah tentang kertas Peradaban Mesir Kuno menyumbangkan papirus sebagai media tulis menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada peradaban Mesir Kuno pada masa wangsa firaun kemudian menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan menyebar ke seantero Eropa, meskipun penggunaan papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas. Tercatat dalam sejarah adalah peradaban Cina yang menyumbangkan kertas bagi Dunia. Adalah Tsai Lun yang menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah didapat di seantero China pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa China ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia. Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ketangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang Arab sehingga pada zaman Abbasiyah, muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Bagdad maupun Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian menyebar ke Italia dan India, lalu Eropa khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia. Banyaknya kayu yang dibutuhkan untuk pembuatan kertas Untuk setiap ton nya, pulp membutuhkan 4,6 meter kubik kayu. Satu ton pulp menghasilkan 1,2 ton kertas. Dalam satu hektarnya hutan tanaman industry (acacia) dapat dihasilkan lebih kurang 160 meter kubik kayu. Bila diambil contoh, sebuah industry pulp dengan kapasitas produksi 2 juta ton pulp pertahun akan membutuhkan kayu yang berhasil dari hutan seluas 58 ribu hektar setiap tahunnya. Acacia memiliki daur tumbuh selama 6 tahun sehingga sebuah industri pulp membutuhkan hutan seluas 348 ribu hektar untuk dapat terus beroperasi. Pada saat ini kurang dari 70 persen bahan kayu untuk industry kertas berasal dari hutan alam. Hal ini dikarenakan banyak industry pulp yang tidak menjalankan kewajibannya untuk melakukan penanaman kembali sehingga industry pulp terus menerus mengkonsumsi kayu dari hutan alam. Untuk setiap hektarnya hutan alam menghasilkan kayu rata-rata sebanyak 60 meter kubik. Untuk industry yang sama seperti diatas bila 30 persennya diperoleh dari hutan tanaman industry yang ditanamnya maka untuk memenuhi 70 persen kebutuhannya maka industry bersangkutan akan terus menerus menebang hutan alam selus 107 ribu hektar setiap tahun. Ini artinya, setiap jam hutan selus 5 kali lapangan sepak bola di tebang untuk menghasilkan kertas. Itu baru untuk memenuhi kebutuhan satu industry pulp. Dengan tujuh industry pulp yang ada dewasa ini dengan kapasitas 5,8 juta ton setiap tahunnya, maka hutan selusa 3 lapangan bola ditebang setiap menitnya. Saat ini 90% bahan baku pulp di Dunia berasal dari kayu, yang mencakup angka sekitar 170 juta ton per tahun. Sebanyak 640 juta meter kubik di konsumsi setiap tahunnya, atau hamper sekitar 13% dari total kayu yang digunakan di seluruh dunia. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut tanpa harus menebang hutan alam, maka dibutuhkan selama 10 juta hektar hutan tanaman yang harus ditanami setiap tahunnya. Proses Pembuatan Kertas (pulp) 1. Kayu diambil dari hutan produksi kemudian dipotong - potong atau lebih dikenal dengan log. log disimpan ditempat penampungan beberapa bulan sebelum diolah dengan tujuan untuk melunakan log dan menjaga kesinambungan bahan baku. 2. Kayu dibuang kulitnya dengan mesin atau dikenal dengan istilah De - Barker 3. Kayu dipotong - potong menjadi ukuran kecil (chip) dengan mesin chipping. Chip yang sesuai ukuran diambil dan yang tidak sesuai diproses ulang. 4. Chip dimasak didalam digester untuk memisahkan serat kayu (bahan yang diunakan untuk membuat kertas) dengan lignin. proses pemasakan ini ada dua macam yaitu Chemical Pulping Process dan Mechanical pulping Process. Hasil dari digester ini disebut pulp (bubur kertas). Pulp ini yang diolah menjadi kertas pada mesin kertas (paper machine). Proses Pembuatan Kertas (Paper machine) Sebelum masuk keareal paper machine pulp diolah dulu pada bagian stock preparation. bagian ini berfung si untuk meramu bahan baku seperti: menambahkan pewarna untuk kertas (dye), menambahkan zat retensi, menambahkan filler (untuk mengisi pori - pori diantara serat kayu), dlln. Bahan yang keluar dari bagian ini di sebut stock 9campuran pulp, bahan kimia dan air) Dari stock preparation sebelum masuk ke headbox dibersihkan dulu dengan alat yang disebut cleaner. Dari cleaner stock masuk ke headbox. headbox berfungsi untuk membentuk lembaran kertas (membentuk formasi) diatas fourdinier table. Fourdinier berfungsi untuk membuang air yang berada dalam stock (dewatering). Hasil yang keluar disebut dengan web (kertas basah). Kadar padatnya sekitar 20 %. Press part berfungsi untuk membuang air dari web sehingga kadar padatnya mencapai 50 %. Hasilnya masuk ke bagaian pengering (dryer). Cara kerja press part ini adalah. Kertas masuk diantara dua roll yang berputar. Satu roll bagian atas di beri tekanan sehingga air keluar dari web. Bagian ini dapat menghemat energi, karena kerja dryer tidak terlalu berat (air sudah dibuang 30 %). Dryer berfungsi untuk mengeringkan web sehingga kadar airnya mencapai 6 %. Hasilnya digulung di pop reel sehingga berbentuk gulungan kertas yang besar (paper roll). Paper roll ini yang dipotong - potong sesuai ukuran dan dikirim ke konsumen. Selengkapnya...

Makanan Pencegah Kanker Payudara.

Berikut ini Tips dan Artikel makanan pencegah kanker payudara. 1. Tomat Tomat banyak mengandung likopen yang berkhasiat menurunkan resiko kanker payudara. 2. Alpukat Alpukat tinggi akan kada asam oleat yang bermanfaat mencegah kanker payudara. 3. kunyit beberapa penelitian terhadap tikus, kunyit dapat membantu mencegah penyebaran kanker payudara. 4. Blueberry Menurut studi, fitokimia pada blueberry dapat menghentikan pertumbuhan dan penyebaran kanker payudara. 5. Teh hijau Minum teh hijau menurun resiko kanker payudara dan mencegah penyebaran pada wanita yang sudah terkena, hal ini karena zat EGCG yang terkandung dalam teh hijau. 6. Bawang putih Studi menunjukan bawang putih dapat menghilangkan sel sel kanker payudara. Memasak bawang putih dengan daging dapat mengurangi kadar kasrsinogenik dalam daging yang dapat menyebabkan kanker payudara. 7. Brokoli brokoli mengandung indol-3-karbonal yang melawan kanker payudara dengan mengubah estrogen yang menyebabkan kanker menjadi zat pelindung mencegah kanker. 8. Kembang kol Seperti brokoli mengandung indol-3-karbonal 9. Buah Delima ( pome ) Penelitian di Israel menunjukan jus delima dapat menghancurkan sel-sel kanker payudara dan mencegah munculnya sel-sel baru. 10. bayam Studi membuktikan wanita yang mengkonsumsi bayam dua kali semingu memiliki setengah resiko kanker payudara dibanding yang tidak mengkonsumsi. 11. Jeruk Bali Studi menunjukan Jeruk bali dapat menghambat sel kanker payudara berkembang biak. 12. Rumput Laut rumput laut dapat menurunkan kadar estradiol dan memiliki sifat phytoestrogenic. Rumput laut mengandung chlorophylones, asam lemak yang membantu mencegah kanker payudara. Selengkapnya...

Distilasi Sederhana

Selasa, 10 April 2012

Distilasi Sederhana Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil[6]. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu.[5] Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas[4]. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. [6] Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol. DESTILASI SEDERHANA Sejarah Destilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk destilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses destilasi pada sekitar abad ke-4. Bentuk modern destilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan destilasi skala mikro, The Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat terbakar. Ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873). Salah satu penerapan terpenting dari metode destilasi adalah pemisahan minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dll. Udara didistilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon. Destilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling. Jenis Ada 4 jenis destilasi yang akan dibahas disini, yaitu destilasi sederhana, destilasi fraksionasi, destilasi uap, dan destilasi vakum. Distilasi Sederhana Pada destilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatile. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Destilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol. Destilasi Fraksionisasi Fungsi destilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari destilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah. Perbedaan destilasi fraksionasi dan destilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya. Destilasi Uap Destilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Destilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendestilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu destilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didestilasi dengan air. Aplikasi dari destilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan. Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat. Destilasi Vakum Destilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode destilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi ini. Selengkapnya...

KEWIRAUSAHAAN

Minggu, 05 Februari 2012

1. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN

Wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber dayasumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih sukses.

Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian

Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatankesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan.
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20.

2. ETIKA KEWIRAUSAHAAN

Etika wirausaha adalah adat sopan santun, adat kebiasaan dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan kewirausahaan.
Oleh karena itu, seorang wirausaha harus memiliki :
• Budi pekerti yang baik;
• Rasa sopan santun di dalam segi kegiatan kewirausahaan;
• Tatakrama di dalam segala tindakan dan perbuatan waktu berwirausaha;
• Memiliki tanggung jawab pada usahanya;
• Bersikap jujur dan benar sesuai dengan profesi usahanya.


3. TUJUAN DAN MANFAAT KEWIRAUSAHAAN
Manfaat para Wirausaha untuk pembangunan Nasional Indonesia, diantaranya :
• Sebagai generator dan sumber penciptaan serta perluasan kesempatan kerja;
• Pelaksana penbangunan bangsa dan Negara;
• Meningkatkan kepribadian dan martabat harga diri;
• Memajukan lingkungan yang dapat dipercaya;
• Melaksanakan lingkungan yang dapat dipercaya;
• Melaksanakan adanya persaingan yang sehat dan wajar.


4. SIKAP DAN PERILAKU WIRAUSAHA
Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:
• Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.
• Komitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya.Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen, akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.
• Jujur

Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan olehwirausahawan.
• Kreatif dan Inovatif

Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
• Mandiri

Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.
• Realistis

Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.


5. CIRI-CIRI WIRAUSAHA YANG BERHASIL
Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-ciri dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri seorang wirausaha adalah:
• Percaya diri
• Berorientasikan tugas dan hasil
• Pengambil risiko
• Kepemimpinan
• Keorisinilan
• Berorientasi ke masa depan
• Jujur dan tekun

Pendapat lain M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993; 6-7 ) mengemungkakan
delapan karakteristik yang meliputi :
• 1. Memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.
• 2. Lebih memilih risiko yang moderat.
• 3. Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil
• 4. Selalu menghendaki umpan balik yang segera
• 5. Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan
• 6. Memiliki semangat kerja dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi
• masa depan yang lebih baik .
• 7. Memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan
• nilai tambah
• 8. Selalu menilai prestasi dengan uang.
Selengkapnya...

Mensosialisasikan program keaksaran fungsional pada usia produktif

Selasa, 20 April 2010

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak sebagai penerus adalah pewaris cita-cita perjuangan bangsa yang merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan pembangunan. Untuk itu anak perlu dibina sejak dini. Namun ada sebagian anak yang tidak bisa memperoleh kebutuhan tersebut secara utuh dari orang tuanya disebabkab oleh faktor-faktor tertentu yang membuat mereka dibina dan dibimbing oleh lembaga tertentu.
Selengkapnya...

METODE DAN TEKNIK PEMBELAJARAN PLS METODE MERESPON MEDIA

1. Silmulasi
a. Deskripsi Singkat Dan Tujuan Penggunaan
silmulasi adalah cupikan dari situasi kehidupan nyata yang diangkat ke dalam kegiatan belajar. Silmulasi merupakan teknik yang diorganisasi secara baik oleh para warga belajar.
Di dalam perencanaan teknik ini terdapat dua hal yang perlu dipertimbangkan.
1) silmulasi disusun sederhana dan dapat dilaksanakan oleh peserta sehingga silmulasi tidak lebih kompleks dari situasi nyata.
Selengkapnya...

Adult Learning Theory

Kamis, 01 April 2010

By Gabriel Rise
It goes without saying that nowadays we are all confronted with an environment of continuous change and speedy shifts. Technology has altered the very nature of business and this had greatly influenced the employment market. Jobs requiring expertise and technical skills are growing in nearly every sector of the economy. The continuous change in what employees need to know and be able to handle suggests that learning, training and education will occur over the length of a career and, in fact, a lifetime. In light of this, adults have had to become life-long learners by consistently challenging themselves to pursue learning opportunities.
Selengkapnya...

TENIS LAPANGAN

Senin, 22 Maret 2010

1. SERVIS
Servis merupakan pukulan pembuka permainan. Oleh karena itu, pukulan pionir ini sangat penting bagi kita untuk dapat menguasainya. Sebenarnya terdapat beberapa teknik servis. Namun yang akan saya paparkan di sini hanya dasarnya saja dan tentunya disertai oleh ilustrasi agar mudah untuk dimengerti.
Pertama kali yang harus dilatih adalah koordinasi tangan ketika akan melemparkan bola untuk memulai serve. Anda harus dapat melempar bola (toss) secara konsisten pada satu tempat yang sama. Toss yang baik untuk servis adalah agak di depan kepala anda dan lemparkan bola lurus ke atas. Anda dapat melatihnya dengan menggambarkan lingkaran di lantai dan melakukan toss hingga tempat jatuhnya bola selalu berada pada
Selengkapnya...

SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM SEJAK INDONESIA MERDEKA

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.
Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
Selengkapnya...

PENGERTIAN PANCASILA

secara historis perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Rajiman Widyodiningrat, mengajukan suatu maslah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut.Masalah tersebut adalah tentang calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Proses perumusan Pancasila adalah sebagai berikut :
A. Mr.Muhammad Yamin
Pada tanggal 29 Mei 1945 tersebut BPUPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Pada kesempatan in Mr. Muhammad Yamin mendapat kesempatan yang pertama untuk mengemukakan pemikirannya tentang dasar negara di hadapan sidang lengkap Badan Penyelidik. Dalam pidato tersebut merumuskan sebagai berikut
Selengkapnya...

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN EKONOMI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena ats rahmat dan petunjuk-Nya, serta berkat rahmat, nikmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah ini berjudul “Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi” yang penulis susun dari berbagai sumber, yang merupakan salah satu tugas pancasila.
Selengkapnya...

Gambaran Umum Karya Sastra

Karya sastra memang berperan penting sebagai media untuk memperjuangkan suatu pemikiran, sikap, dan perilaku tertentu yang dicita-citakan oleh pengarangnya. Namun jika tujuan/tendensi itu terlalu kuat dan mengabaikan aspek-aspek estetis, maka terjadilah proses ideologisasi. Proses ideologisasi ini dapat juga ditelusuri dari perdebatan tentang sastra religius dan sekuler yang sedang marak.
Pelabelan sastra religius dan tidak religius (sekuler) di Indonesia saat ini sangat menarik untuk didiskusikan. Alasannya, pendikotomian tersebut mempunyai potensi untuk memberikan penilaian hitam putih, baik dan buruk pada sebuah karya sastra, juga terhadap sifat dan perilaku tokoh yang diimajikan. Potensi lainnya adalah menghadapkan hubungan antar golongan (khususnya kelompok agama).
Selengkapnya...

Morphology


Morphology is a subdiscipline of linguistics that studies
word structure. Words are at the interface between phonology, syntax and semantics (Spencer / Zwicky).
There are many current approaches to morphology. For expository purposes, this article will describe the phenomena in a fairly traditional way: treating words as combinations of discrete meaningful units (morphemes) put together by concatenation. A contemporary morphologist would call this a "morpheme-based" theory; alternatives are lexeme-based morphology and word-based morphology .
Selengkapnya...

EMPAT ( 4 ) PILAR PROSES PENDIDIKAN

Rabu, 17 Februari 2010

Menghadapi abad ke-21, UNESCO melalui “The International Commission on Education for the Twenty first Century" yang dipimpin oleh Jacques Delors merekomendasikan pendidikan yang berkelanjutan (seumur hidup) yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran
Selengkapnya...

System pendidikan nasional


A.    Latar belakang pembaharuan system pendidikan nasional
Undang-undang dasar Negara RI tahun 1945 pasal 31 ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
Selengkapnya...

MANFAAT KOMPUTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN INFORMASI

Selasa, 16 Februari 2010

 Perkembangan IPTEK terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya sumber belajar dan media pembelajaran. Media komputer dimanfaatkan dalam pembelajaran karena memberikan keuntungan-keuntungan yang tidak dimiliki oleh media pembelajaran lainnya yaitu kemampuan komputer untuk berinteraksi secara individu dengan mahasiswa.
Selengkapnya...

perilaku kolektif dan gerakan sosial

Sabtu, 19 Desember 2009

Diposkan oleh azmi muharam Rabu, Desember 10, 2008
PERILAKU KOLEKTIF DAN GERAKAN SOSIAL
PERILAKU KOLEKTIF
Pada umumnya warga masyarakat cenderung berperilaku dengan berpedoman pada institusi yang ada dalam masyarakat. Perilaku di pasar dituntun oleh institusi di bidang ekonomi, perilaku di tempat ibadah dituntun oleh institusi di bidang agama, perilaku di forum atau di mimbar organisasi politik mengacu pada institusi di bidang politik, perilaku di ruang kuliah mengacu pada institusi di bidang pendidikan, perilaku pada upacara penyerahan maskawin dipengaruhi oleh institusi di bidang keluarga. Namun pada kenyataannya kadang kala sejumlah warga masyarakat secara berkelompok ataupun berkerumun menampilkan perilaku yang tidak berpedoman pada institusi yang ada.
Definisi perilaku kolektif seperti ditulis Yusron Razak (editor) dalam Sosiologi Sebuah Pengantar adalah sebagai berikut, Horton dan Hunt berpendapat bahwa perilaku kolektif ialah mobilisasi berlandaskan pandangan yang mendefinisikan kembali tindakan sosial, menurut Milgran dan Touch ialah suatu perilaku yang lahir secara spontan, relatif, tidak terorganisasi serta hampir tidak bisa diduga sebelumnya, proses kelanjutannya tidak terencana dan hanya tergantung pada stimulasi timbal balik yang muncul dikalangan para pelakunya, dan senada pula dengan pendapat Robetson . Dapat kami simpulkan dari definisi-definisi tersebut bahwa perilaku kolektif adalah perilaku yang (1) dilakukan bersama oleh sejumlah orang (2) bersifat spontanitas dan tidak terstruktur (3) tidak bersifat rutin, dan (4) merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu.
Perilaku kolektif merupakan perilaku menyimpang namun berbeda dengan perilaku menyimpang karena perilaku kolektif merupakan tindakan bersama oleh sejumlah besar orang, bukan tindakan individu semata-mata. Bila seseorang melakukan pencurian di suatu toko, maka hal ini termasuk suatu perilaku menyimpang, namun bila sejumlah besar orang secara bersama-sama menyerbu toko-toko dan pusat-pusat perdagangan untuk melakukan pencurian atau penjarahan (sebagaimana di sejumah kota di Pulau Jawa pada tahun 1998 dan 1999), maka hal ini termasuk suatu perilaku kolektif. Perilaku kolektif meliputi perilaku kerumunan (crowd) dan gerakan sosial (civil society). Rangsangan yang memicu terjadinya perilaku kolektif bisa bersifat benda, peristiwa maupun ide. Selengkapnya...

Kebangkitan Nasional itu, Kebangkitan Pendidikan

Tokoh pendidikan terpadu Syaykh AI-Zaytun Dr AS Panji Gumilang mengatakan dalam rangka memeringati Satu Abad Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei 1908-2008) semua elemen bangsa harus memberi solusi untuk mengatasi berbagai masalah yang tengah dihadapi bangsa ini.

Sudah seratus tahun, apa yang telah kita perbuat? Yang bisa menjawab, ya masing-masing," kata tokoh pendidikan bervisi demokrasi, toleransi dan perdamaian, ini dalam percakapan dengan Wartawan Berita Indonesia, 12 Mei 2008. Menurut pemangku pendidikan berbasis (semangat) pesantren tapi bersistern modern ini, sesungguhnya kebangkitan nasional itu adalah kebangkitan pendidikan. "Ayo kita tata pendidikan ini lebih baik dari hari ini. Nah, itu ciri bangkit, " kata pendiri dan pemimpin Ma'had AI-Zaytun ini.

Tokoh yang sangat enerjik ini juga mengungkapkan tentang politik bersepeda, dalam hubungannya dengan kepemimpinan dan kebangkitan nasional. "Sepeda itu harus dipegang oleh pengendaranya. Power-nya itu dari pemimpinnya (pengendara). Itu politik bersepeda. Kalau man mengendarai dan mengendalikan kekuatan dahsyat, sepeda itu dahsyat, maka dinamakan bicycle. Cycle, cycling yang terns bergerak (putaran)," katanya. Selain itu, dia juga menegaskan sikapnya: "Simbol saya demokrasi perdamaian tanpa senjata," katanya ikhlas dan berterimakasih tatkala dihadiahi rencong.

Berikut ini kami sajikan petikan wawan¬cara dengan tokoh yang sangat berkomitmen membangun Indonesia yang kuat, hidup dalam zona demokrasi dan perdamaian Berta mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.

Syaykh banyak berbicara mengenai kebangkitan nasional. Kebangkitan nasional sudah seabad tapi rasanya keadaan bangsa ini masih begitu-begitu saja?
Makanya kita bertanya apa yang telah kita perbuat, itu saja. Sudah seratus tahun, apa yang telah kita perbuat? Yang bisa menjawab, ya masing-masing. Kalau masing-masing menjawab dengan perbuatan, baru kita bisa mengatakan bangsa ini bangkit.

Lalu kalau begitu masalahnya, siapa yang akan memberi solusi?
Oh, semua elemen bangsa harus memberi solusi. Kebangkitan nasional itu sesung¬guhnya kebangkitan pendidikan. Sebab, dulu tatkala kita masih menjadi bangsa Hindia Timur, ada politik etis kan? Terjadilah pendidikan. Dari situlah bangkit. Jadi kebangkitan nasional adalah kebang¬kitan pendidikan nasional. Jika ditanya siapa yang menbangkitkan ? Ya, memang pemerintah dulu.

Apa pesan Syaykh dalam rangka satu abad kebangkitan nasional?
Ayo kita tata pendidikan ini lebih baik dari hari ini. Nah, itu ciri bangkit. Mengapa sekarang kita masih mengalami "ABCD", seperti dikatakan orang belum mencapai sasaran? Pendidikannya belum sempurna. Dan berbahagialah orang yang merasa tidak bangkit-bangkit walaupun dirinya mempunyai kemajuan. Tapi celaka bagi orang yang masih belum bisa merangkak pun sudah mengatakan bangkit.

Sama seperti Indonesia sekarang?
Jangan disamakan. Siapa saja.

Kan sudah 100 tahun. Tapi nggak bangkit-bangkit tapi merasa bangkit?
Bahagia kita, artinya, masih merasa yang tidak bangkit ini. Ada kebahagiaan. Artinya, menurut orang itulah yang bangkit itu. Tapi kalau masih seperti belum bangkit namun mengatakan sudah bangkit, celaka ini. Contohnya, pintu gerbang pertama saja kebanjiran dua kali sebelum setahun. Jadi angkatan lautnya pindah ke darat. Jadi untuk memperbaiki nasib bangsa kita nanti, pendidikan harus ditata, pangan ditata, keamanan ditata.

Pemimpin sudah melakukan apa yang dilakukannya. Tapi warga juga kan harus bergerak. Syaykh melihat bagaimana pergerakan masyarakat ini untuk bangkit atas inisiatifnya sendiri?
Itulah yang harus dididikkan panjang. Seperti bangsa Belanda dulu mendidik bangsa Hindia Timur ini supaya bangkit dimodali 3 M (membaca, menulis, menghitung). Nggak banyak itu modalnya. Membaca, setelah kamu bisa membaca ABCD, bacalah Indonesiamu ini. Setelah itu, menulis. Tulislah apa yang ada ini, baru kalkulasikan (menghitung) apa yang ada ini. Tiga modal An saja bisa membangkitkan Soekarno-Hatta berproklamasi, bisa membangkitkan segala macam. Sekarang harusnya bisa membangkitkan yang lain lagi dengan 3M tadi.

Selain pendidikan tadi, supaya kita bergerak bangkit lebih baik, apa yang lainnya?
Iya itu, start-nya dari situ (pendidikan). Sehingga nanti karena membaca, menulis dan menghitung, ini koq lambat, oh kurang asupan. Asupannya diperbanyak. Tapi memang ada satu tanda yang sekonyong-konyong bisa tedadi di Indonesia belakangan ini. Sebelum ada pengu¬muman beras naik, Indonesia kan masih mengimpor. Waktu beras masih US$ 400, mengimpor kekurangan sekian. Apalagi akibat banjir, panen kurang. Tapi, begitu beras dinyatakan US$ 700 sampai US$ loon lebih, tiba-tiba kita surplus. Kok bisa secepat itu? Terns langsung man mengekspor. Nah, ini suatu bukti, bahwa tidak memiliki kesiapan. Murah mengimpor, mahal mengekspor, sambil sekonyong-konyong data itu dari minus menjadi surplus.

Jadi bagaimana kalau kita dimenej orang seperti itu?
Ya diubah. Masyarakat bangsa ini merubah.

Tapi maunya, Syaykh menjadi pemimpin nasional?
Tidak seperti begitu merubah itu. Proses masyarakat bangsa Indonesia inilah yang akan menentukan perubahan itu.

Tapi kan perlu akselerasi?
Akselarasi dan tidak akselerasi itu juga sebuah proses. Belum tentu akselerasi itu bisa mempercepat. Satu bukti, sepuluh tahun yang dinamakan reformasi. Orang¬-orang masih bertanya apa hasil reformasi. Nah ini juga begitu. Maka proses ini harus berjalan terus. Harus diubah terus. Yang merubah itu bukan seketika berproses. Nah kita sudah memiliki sarana perubahan itu yakni demokrasi. Harus disadarkan bangsa ini.

Tapi kan pemimpinnya yang memegang peranan strategis?
Ya. Nanti kalau diganti juga berubah lagi. Sama halnya tatkala UUD 1945, itu kan susahnya setengah mati untuk dirubah waktu itu. Begitu dirubah, lima kali sekaligus. Itulah proses bangsa seperti itu.

Proses konstitusional yang teler itu?
Itu kan yang terjadi di Indonesia. Satu lagi, betapa satu dekrit atau statement bahwa dwifungsi ABRI mutlak. Namun lepas begitu saja. Betapa kuatnya Pak Harto yang didukung sampai segala sesuatu adalah berdasarkan petunjuk bapak presiden. Tapi kan dia yang merubah. Itulah proses masyarakat bangsa Indonesia.

Ini susahnya, bagaimana kalau nggak ada komitmen yang dipegang?
Tidak susah. Artinya, ada perubahan itu. Segala perubahan demi perubahan tidak sekaligus menjadi yang kita harapkan. Siapa tahu dalam perubahan berikutnya.

Ya, tapi perlu juga konsistensi dalam memandang sesuatu sehingga bangsa itu dapat dibawa dalam satu tujuan yang dari awal dipersiapkan. Tapi kalau tidak konsisten dan berhenti-berhenti, bagaimana pembentukan bangsanya?
Ini tidak berhenti, proses berubah.

Walaupun lama ya?
Lama itu tidak ukuran. Dan cepat pun tidak ukuran.

Tapi itulah arti pemimpin. Pemim¬pin yang menjadi pusat, pemegang kendali strategis?
Oh ya! Bangsa Indonesia 50 Tahun, hanya dipimpin dua presiden. Tapi sepuluh tahun lima presiden. Normal-normal saja, kan.

Teler itu?.
Ya lepaskan, apa bahasanya itu. Itu kan masing-masing punya bahasa yang bisa untuk mengalamatkan.

Ada yang tanya, seorang jurnalis, dia tahu kalau kami sering ke Al Zaytun. Syaykh kabarnya man disandingkan dengan Wiranto, katanya begitu. Baru kami dengar. Benar tidak?
Oleh siapa, tanya dong. Cari dulu, tanya siapa yang akan menyandingkan.

Itulah yang dia dengar informasinya. Bagi wartawan, suatu kecenderungan adalah fakta. Ada kecenderungan ke situ kali?
Tanya kepada yang menginformasikan. Kan sudah saya katakan tadi. Kalau ada apa-apa di Al-Zaytun kan bukan siapa-siapa yang tahu duluan, wartawan Berita Indonesia yang tahu duluan. Wartawan Zaytun belum tentu tahu duluan.

Tapi, baik juga kali itu?
Menurut siapa?

Paling tidak menurut kami !.
Terserahlah. Kalau ada pandangan me¬nurut saya baik, jangan pernah ditutup pandangan orang lain.

Kami senang mendengar berita itu.
Sedih pun tidak apa-apa.

Walaupun dia hanya sekadar bertanya, niatnya untuk menyelidiki pun terserah, tapi bertanya saja menurut saya sesuatu hal yang baik. Tapi, kalau itu diusulkan oleh banyak orang, bagaimana Syaykh menyingkapi?
Itu kalau. Kalau tidak, bagaimana? Kalau saja ditanggapi.

Kembali ke kebangkitan. Tadi Syaykh bilang pendidikan sebagai motor penggerak, dan Al-Zaytun sedang memulainya, dalam delapan tahun ini sudah bergerak. Kebangkitan Indonesia seperti apa yang diimpikan di lembaga. pendidikan Al-Zaytun?
Kita punyai nilai-nilai dasar negara. Yang oleh banyak orang dikatakan Pancasila. Nilainya apa? Ya pendidikan itu sifatnya rohaniah dan jasmaniah, pembangunan fisik. Mewujudkan suatu kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Ini cita-citanya kebangkitan nasional itu. Yang lain-lain sudahlah tidak menjadi masalah. Pokoknya yang penting terakhir, mewujudkan kesejahteraan sosial.

Terus langkah-langkah itu harus dikonkritkan?
Oh iya tentu. Tapi kan ide besarnya itu. Bukan lagi sekadar menghafal Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan/Perwakilan, Persatuan Indonesia, tapi lebih lagi wujudkan Kesejahteraan Social untuk Seluruh Rakyat Indonesia. Kita sudah harus bersatu untuk menata itu semua. Mulai dari pendidikan, kemudian pem¬bangunan fisik dan pembangunan non¬fisik. Dan semua melibatkan bangsa. Dan semua berbasis lokal, sehingga Bhineka Tungal Ika terwujud.
Kemudian ke depan, menggaris-bawahi negara persatuan ini, Persatuan Indonesia. Kemudian memandang kembali, sudah betulkah otonomi ini. Otonomi sama dengan merdeka. Satu sisi tidak pernah mengenal satu kebebasan daerah dengan bahasa sentralisasi. Satu sisi memberikan kebebasan seluas-luasnya dengan bahasa otonomi. Antagonistic, paradoks. Maka yang diwujudkan nanti desentralisasi seluas-luasnya. Baru terciptalah nanti perwujudan suatu kese¬jahteraan bagi seluruh masyarakat Indo¬nesia. Kalau desentralisasi, seluruhnya menerima. Tapi kalau federasi ada mung¬kin yang tidak menerima. Begitu pula serikat mungkin ada yang tidak menerima. Desentralisasi, karena itu suatu ide besar dari awal, semua bisa terima. Tapi otonomi sangat bahaya. Otomomi itu merdeka.

Desentralisasi dalam rangka persatuan ya?
Iya, dalam rangka persatuan. Persatuan saja. Dan tidak melanggar nilai-nilai dasar negara.

Kalau dikaitkan dengan proses demokratisasi yang sedang bertumbuh?
Ya bagus.

Dengan tuntutan otonomi?
Otonomi seperti apa? Desentralisasi. Mana ada boleh otonomi. Desentralisasi seluas-luasnya.

Yang Sekarang terjadi, ada tuntutan otonomi.
Itulah karena memang dibukakan keran otonomi. Bertentangan dengan ide besar. Tadi kan kita katakan, otonomi itu berbahaya.

Filosofinya persatuan?
Persatuan. Persatuan itu bisa diwujudkan desentralisasi, daerah-daerah memiliki kekuatan masing-masing, berbagai macam. Tetapi dalam persatuan Indonesia.

Kan begitu nilai-nilai dasarnya? Mengapa melenceng jauh?
Kita membela sebuah nama yang tidak pernah dicatat pada UUD. Di Preambule itu, nilai-nilai dasar itu tidak pernah disebut dengan singkatan Pancasila. Ketuhanan yang maka esa disebut. Kemanusian yang adil dan beradab. Dasar begitu saja. Sekarang dicetuskan, Pancasilanya dike¬depankan seakan-akan itulah jiwa. Tapi substansinya dilupakan banyak orang. Ayo sebutkan satu-satu, nggak tau. Sama sekali dalam Preambule itu tidak disebutkan bahasa itu. Mengapa yang itu yang jadi merakyat dan populer? Bukan lima dasar itu.

Jadi nilai-nilainya yang terpenting?
Mustinya nilai-nilai dasar. Jadi kok tidak pernah disebut. Mengapa kok jadi sebutan yang sangat sakral.

Mencari aman saja kali?
Ya, iyalah. Tapi mestinya fair dong. Kalau tidak disebut mestinya jangan marah. Undang-undang dasar saja nggak menyebut.

Kalau tidak disebut pun, tapi nilai-nilainya dijalankan?
Ya, iyalah nilai-nilainya dijalankan. Demokrasi pakai diembel-embeli Demokrasi Pancasila. Sudah dalam UUD dasarnya tidak ada, kalau mau masuk dan ubah itu preambule, kan tidak boleh diubah toh?
Sudah tidak konsekuen lagi. Dulu Indonesia itu toleransinya tinggi, kalau duduk satu meja begini, Bukan ini dari Bangladesh, Myanmar, Kamboja , Ini apa, itu apa, tidak! Itu menunjukkan bahwa Indonesia dulu itu terbuka.

Pasca itu jadi tertutup. Bencinya pada bangsa asing luar biasa, keluar nasionalisme, tidak terbuka, sementara yang nasiona¬lisme pun disuruh menghafal, juga enggak hafal. Kemarin kita ke Aceh. Saya tidak membayangkan bahwa belakangan ini rakyat Aceh yang terkesan GAM, anak umur belasan tahun setingkat SMP, dengan mudah menghapal Pancasila. Asumsi kita, ya sudahlah tidak ada yang diajarkan Pancasila. Ternyata? Luar biasa anak-anak itu. Lagu-lagu wajib kita pancing sedikit saja, wow, mereka itu langsung me¬nyanyikan dengan lancar. Ditanya, Pancasila itu. apa? Anak-anak itu jawab tangkas, dasar negara Indonesia. Apa itu Pancasila? Lima dasar. Apa itu lima dasar, anak-anak itu lancar menjawab.

Betapa hebatnya orang Aceh. Lalu, me¬ngapa sampai terjadi clash. Mengapa kita sampai curigai. Belum tentu anak-anak di Pulau Jawa itu seperti ini. Di mana salahnya. Sampai clash itu? Saya dialog dengan Gubernur dan Wakil Gubernur. Yang tadinya tinggi nadanya, kita redamkan dengan cara yang baik. Ternyata di lubuk hatinya tidak mau mi¬sah dengan Indonesia. Kita gali secara perlahan-lahan.

Jadi kalau melihat kondisi Seka¬rang. Ini kan memasuki tahun po¬litik. Politik yang kita tandai dengan mulai aktifnya para partai politik kampanye, mulai bulan Juli, sam¬pai sekian lama. Sangat lama. Tentu dalam politik yang diharapkan, pada waktunya akan tiba kekuasaan akan dipegang oleh orang tertentu yang dipilih secara demokratis dalam proses politik. Tapi tidak berhenti di situ, proses ini adalah untuk mencapai bagaimana Indo¬nesia mengisi kemerdekaannya atau membangun dirinya. Tentu ada harapan yang akan dicapai. Kalau melihat proses ini, menurut Syaykh, ada nggak harapan dan seperti apa yang bisa kita capai dalam 5 tahun ke depan?
Kita dengar dulu dong apa yang ditawarkan.

Kalau Syaykh menawarkan?
Sepeda, menggelinding terus.

Apa hubungannya dengan masa depan bangsa?
Ya, sepeda itu kan dipegang oleh pengendaranya. Power-nya itu dari pemimpinnya. Ito politik bersepeda. Ini yang mengendalikan. Saat naik, ikut naik. Saat turun, ikut turun. Maka kebangkitan nasional diisi dengan bersepeda 2000 km. Sekarang kan yang duduk di atas mobil, yang capek mobilnya. Yang merasakan turun juga mobil, bukan kita. Bagaimana rasanya turun dari yang tinggi, pakai mobil kan tak terasa. Bagaimana panas, tak terasa. Bagaimana hujan, tidak terasa. Bagaimana itu namanya BBM kaki. Menggenjot tatkala tanjakan yang 45 derajat. Bagaimana mengendalikan tatkala kita turun tanpa ada halangan. Stabil. Maka diajak bersepeda begini lo, kalau mau mengendarai dan mengendalikan kekuatan dahsyat, sepeda itu dahsyat, maka dinamakan bicycle. Cycle, cycling yang terus bergerak (putaran).

Bisa lebih diterjemahkan dalam aplikasi politik kenegaraan?
Sudah, yang tadi itu. Jangan diterjemahkan panjang-panjang. Bila menerjemahkan panjang-panjang itu namanya tajuk rencana. Ini pojok saja dulu.

Perlu diberi pemahaman, sosialisasi, filosofi bersepeda dalam rangka membangun negara?
Itu nanti. Sebelum apa-apa, dibaca orang sebagai kampanye. Cita-cita saja. Nanti bersamaan dengan filosofi bersepeda memang begitu. Terus berputar dan ada dua roda belakang dan depan.

Ada maknanya itu?
Lha iya, ada pimpinan dan ada yang dipimpin. Terus ada rem.
Pemimpin semua yang mengendalikan. Mau cepat, mau lambat. Tapi kalau pemimpin sedang teler? Teler dilarang naik sepeda. Dan nggak jalan sepeda.

Kalo gagah-gagahan?
Mana bisa gagah-gagahan, orang mengeluarkan nafas, mengeluarkan energi.

Oh iya, ia akan tumbang sendiri kali ya?
Nggak ada gagah-gagahan, gagah yang ada. Itu kan bukan gagah betulan kalau gagah-gagahan.

Tapi ada pemimpin yang bilang, mereka nggak tabu saya siang¬malam Sudah bekerja, masih begini orang ngomong?
Biasa. Harus dihormati orang bekerja itu.

Berarti dia tidak menganut filosofi naik sepeda?
Iya, dia kan naik mobil. Rodanya juga empat kan? Ini rodanya cuma dua. Harus digenjot dengan nyali dan energi (BBM kaki) agar terus berputar.

Sumber : Majalah Berita Indonesia Edisi 57 - 2008 Selengkapnya...

Teaching Grammar

Strategies for Learning Grammar
Language teachers and language learners are often frustrated by the disconnect between knowing the rules of grammar and being able to apply those rules automatically in listening, speaking, reading, and writing. This disconnect reflects a separation between declarative knowledge and procedural knowledge.
• Declarative knowledge is knowledge about something. Declarative knowledge enables a student to describe a rule of grammar and apply it in pattern practice drills.
• Procedural knowledge is knowledge of how to do something. Procedural knowledge enables a student to apply a rule of grammar in communication.
For example, declarative knowledge is what you have when you read and understand the instructions for programming the DVD player. Procedural knowledge is what you demonstrate when you program the DVD player.
Procedural knowledge does not translate automatically into declarative knowledge; many native speakers can use their language clearly and correctly without being able to state the rules of its grammar. Likewise, declarative knowledge does not translate automatically into procedural knowledge; students may be able to state a grammar rule, but consistently fail to apply the rule when speaking or writing.
To address the declarative knowledge/procedural knowledge dichotomy, teachers and students can apply several strategies.
1. Relate knowledge needs to learning goals.
Identify the relationship of declarative knowledge and procedural knowledge to student goals for learning the language. Students who plan to use the language exclusively for reading journal articles need to focus more on the declarative knowledge of grammar and discourse structures that will help them understand those texts. Students who plan to live in-country need to focus more on the procedural knowledge that will help them manage day to day oral and written interactions.
2. Apply higher order thinking skills.
Recognize that development of declarative knowledge can accelerate development of procedural knowledge. Teaching students how the language works and giving them opportunities to compare it with other languages they know allows them to draw on critical thinking and analytical skills. These processes can support the development of the innate understanding that characterizes procedural knowledge.
3. Provide plentiful, appropriate language input.
Understand that students develop both procedural and declarative knowledge on the basis of the input they receive. This input includes both finely tuned input that requires students to pay attention to the relationships among form, meaning, and use for a specific grammar rule, and roughly tuned input that allows students to encounter the grammar rule in a variety of contexts. (For more on input, see Teaching Goals and Methods.)
4. Use predicting skills.
Discourse analyst Douglas Biber has demonstrated that different communication types can be characterized by the clusters of linguistic features that are common to those types. Verb tense and aspect, sentence length and structure, and larger discourse patterns all may contribute to the distinctive profile of a given communication type. For example, a history textbook and a newspaper article in English both use past tense verbs almost exclusively. However, the newspaper article will use short sentences and a discourse pattern that alternates between subjects or perspectives. The history textbook will use complex sentences and will follow a timeline in its discourse structure. Awareness of these features allows students to anticipate the forms and structures they will encounter in a given communication task.
5. Limit expectations for drills.
• Mechanical drills in which students substitute pronouns for nouns or alternate the person, number, or tense of verbs can help students memorize irregular forms and challenging structures. However, students do not develop the ability to use grammar correctly in oral and written interactions by doing mechanical drills, because these drills separate form from meaning and use. The content of the prompt and the response is set in advance; the student only has to supply the correct grammatical form, and can do that without really needing to understand or communicate anything. The main lesson that students learn from doing these drills is: Grammar is boring.
• Communicative drills encourage students to connect form, meaning, and use because multiple correct responses are possible. In communicative drills, students respond to a prompt using the grammar point under consideration, but providing their own content. For example, to practice questions and answers in the past tense in English, teacher and students can ask and answer questions about activities the previous evening. The drill is communicative because none of the content is set in advance:
Teacher: Did you go to the library last night?
Student 1: No, I didn’t. I went to the movies. (to Student 2): Did you read chapter 3?
Student 2: Yes, I read chapter 3, but I didn’t understand it. (to Student 3): Did you understand chapter 3?
Student 3: I didn’t read chapter 3. I went to the movies with Student 1.
Goals and Techniques for Teaching Grammar
The goal of grammar instruction is to enable students to carry out their communication purposes. This goal has three implications:
• Students need overt instruction that connects grammar points with larger communication contexts.
• Students do not need to master every aspect of each grammar point, only those that are relevant to the immediate communication task.
• Error correction is not always the instructor's first responsibility.
Overt Grammar Instruction
Adult students appreciate and benefit from direct instruction that allows them to apply critical thinking skills to language learning. Instructors can take advantage of this by providing explanations that give students a descriptive understanding (declarative knowledge) of each point of grammar.
• Teach the grammar point in the target language or the students' first language or both. The goal is to facilitate understanding.
• Limit the time you devote to grammar explanations to 10 minutes, especially for lower level students whose ability to sustain attention can be limited.
• Present grammar points in written and oral ways to address the needs of students with different learning styles.
An important part of grammar instruction is providing examples. Teachers need to plan their examples carefully around two basic principles:
• Be sure the examples are accurate and appropriate. They must present the language appropriately, be culturally appropriate for the setting in which they are used, and be to the point of the lesson.
• Use the examples as teaching tools. Focus examples on a particular theme or topic so that students have more contact with specific information and vocabulary.
Relevance of Grammar Instruction
In the communicative competence model, the purpose of learning grammar is to learn the language of which the grammar is a part. Instructors therefore teach grammar forms and structures in relation to meaning and use for the specific communication tasks that students need to complete.
Compare the traditional model and the communicative competence model for teaching the English past tense:
Traditional: grammar for grammar's sake
• Teach the regular -ed form with its two pronunciation variants
• Teach the doubling rule for verbs that end in d (for example, wed-wedded)
• Hand out a list of irregular verbs that students must memorize
• Do pattern practice drills for -ed
• Do substitution drills for irregular verbs
Communicative competence: grammar for communication's sake
• Distribute two short narratives about recent experiences or events, each one to half of the class
• Teach the regular -ed form, using verbs that occur in the texts as examples. Teach the pronunciation and doubling rules if those forms occur in the texts.
• Teach the irregular verbs that occur in the texts.
• Students read the narratives, ask questions about points they don't understand.
• Students work in pairs in which one member has read Story A and the other Story B. Students interview one another; using the information from the interview, they then write up or orally repeat the story they have not read.
Error Correction
At all proficiency levels, learners produce language that is not exactly the language used by native speakers. Some of the differences are grammatical, while others involve vocabulary selection and mistakes in the selection of language appropriate for different contexts.
In responding to student communication, teachers need to be careful not to focus on error correction to the detriment of communication and confidence building. Teachers need to let students know when they are making errors so that they can work on improving. Teachers also need to build students' confidence in their ability to use the language by focusing on the content of their communication rather than the grammatical form.
Teachers can use error correction to support language acquisition, and avoid using it in ways that undermine students' desire to communicate in the language, by taking cues from context.
• When students are doing structured output activities that focus on development of new language skills, use error correction to guide them.
Example:
Student (in class): I buy a new car yesterday.
Teacher: You bought a new car yesterday. Remember, the past tense of buy is bought.
• When students are engaged in communicative activities, correct errors only if they interfere with comprehensibility. Respond using correct forms, but without stressing them.
Example:
Student (greeting teacher) : I buy a new car yesterday!
Teacher: You bought a new car? That's exciting! What kind?
Developing Grammar Activities
Many courses and textbooks, especially those designed for lower proficiency levels, use a specified sequence of grammatical topics as their organizing principle. When this is the case, classroom activities need to reflect the grammar point that is being introduced or reviewed. By contrast, when a course curriculum follows a topic sequence, grammar points can be addressed as they come up.
In both cases, instructors can use the Larsen-Freeman pie chart as a guide for developing activities.
For curricula that introduce grammatical forms in a specified sequence, instructors need to develop activities that relate form to meaning and use.
• Describe the grammar point, including form, meaning, and use, and give examples (structured input)
• Ask students to practice the grammar point in communicative drills (structured output)
• Have students do a communicative task that provides opportunities to use the grammar point (communicative output)
For curricula that follow a sequence of topics, instructors need to develop activities that relate the topical discourse (use) to meaning and form.
• Provide oral or written input (audiotape, reading selection) that addresses the topic (structured input)
• Review the point of grammar, using examples from the material (structured input)
• Ask students to practice the grammar point in communicative drills that focus on the topic (structured output)
• Have students do a communicative task on the topic (communicative output)
See Teaching Goals and Methods for definitions of input and output. See Planning a Lesson for an example of a lesson that incorporates a grammar point into a larger communication task.
When instructors have the opportunity to develop part or all of the course curriculum, they can develop a series of contexts based on the real world tasks that students will need to perform using the language, and then teach grammar and vocabulary in relation to those contexts.
For example, students who plan to travel will need to understand public address announcements in airports and train stations. Instructors can use audiotaped simulations to provide input; teach the grammatical forms that typically occur in such announcements; and then have students practice by asking and answering questions about what was announced.
Using Textbook Grammar Activities
Textbooks usually provide one or more of the following three types of grammar exercises.
• Mechanical drills: Each prompt has only one correct response, and students can complete the exercise without attending to meaning. For example:
George waited for the bus this morning. He will wait for the bus tomorrow morning, too.
• Meaningful drills: Each prompt has only one correct response, and students must attend to meaning to complete the exercise. For example:
Where are George’s papers? They are in his notebook.
(Students must understand the meaning of the question in order to answer, but only one correct answer is possible because they all know where George’s papers are.)
• Communicative drills, described in Strategies for Learning Grammar
To use textbook grammar exercises effectively, instructors need to recognize which type they are, devote the appropriate amount of time to them, and supplement them as needed.
Recognizing Types
Before the teaching term begins, inventory the textbook to see which type(s) of drills it provides. Decide which you will use in class, which you will assign as homework, and which you will skip.
Assigning Time
When deciding which textbook drills to use and how much time to allot to them, keep their relative value in mind.
• Mechanical drills are the least useful because they bear little resemblance to real communication. They do not require students to learn anything; they only require parroting of a pattern or rule.
• Meaningful drills can help students develop understanding of the workings of rules of grammar because they require students to make form-meaning correlations. Their resemblance to real communication is limited by the fact that they have only one correct answer.
• Communicative drills require students to be aware of the relationships among form, meaning, and use. In communicative drills, students test and develop their ability to use language to convey ideas and information.
Supplementing
If the textbook provides few or no meaningful and communicative drills, instructors may want to create some to substitute for mechanical drills. See Developing Grammar Activities for guidelines.
Assessing Grammar Proficiency
Authentic Assessment
Just as mechanical drills do not teach students the language, mechanical test questions do not assess their ability to use it in authentic ways. In order to provide authentic assessment of students’ grammar proficiency, an evaluation must reflect real-life uses of grammar in context. This means that the activity must have a purpose other than assessment and require students to demonstrate their level of grammar proficiency by completing some task.
To develop authentic assessment activities, begin with the types of tasks that students will actually need to do using the language. Assessment can then take the form of communicative drills and communicative activities like those used in the teaching process.
For example, the activity based on audiotapes of public address announcements (Developing Grammar Activities) can be converted into an assessment by having students respond orally or in writing to questions about a similar tape. In this type of assessment, the instructor uses a checklist or rubric to evaluate the student’s understanding and/or use of grammar in context. (See Assessing Learning for more on checklists and rubrics.)
Mechanical Tests
Mechanical tests do serve one purpose: They motivate students to memorize. They can therefore serve as prompts to encourage memorization of irregular forms and vocabulary items. Because they test only memory capacity, not language ability, they are best used as quizzes and given relatively little weight in evaluating student performance and progress. Selengkapnya...

Pohon Oak/Ek

Beda halnya dengan pohon Oak atau ek yang merupakan nama dari beberapa ratus spesies pohon dan semak dalam genus Quercus dan beberapa genus yang berhubungan, terutama Cyclobalanopsis dan Lithocarpus. Genus ini berasal dari belahan bumi utara menyebar dari daerah lintang yang dingin sampai Asia yang tropis dan Amerika.
Pohon ini memiliki batang yang kokoh, daun yang rindang, teduh, dan memiliki kesan melindungi. Keberadaanya bagai oase di tengah padang gurun karena mampu melindungi manusia dari sengatan sinar matahari ataupun derasnya hujan yang menghantam.
Pohon Oak/ek tak peduli akan kerasnya hantaman angin. Karena ia didukung oleh daya tahan batang dan cabang-cabangnya yang kuat.
meskipun angin menghembus dari arah barat, utara, selatan, timur, ia tak peduli. Tetap tegar berdiri, melawan angin.
Bila manusia diibaratkan seperti pohon Oak, maka yang terjadi adalah seseorang yang memiliki prinsip yang teguh. Yang tak mudah dihantam hembusan angin pemikiran, ghazwul fikr, dan semacamnya. Mengapa ? Karena ia punya dasar karakter yang kuat dan keyakinan yang teguh bahwa apa yang menjadi prinsip hidup dan pedoman yang melandasinya adalah benar.
Ia takkan mudah dipengaruhi orang dan kalaupun bisa, akan butuh perjuangan keras untuk melakukannya. Sekilas kita akan memandangnya sebagai orang yang keras kepala. Namun, jika direnungkan lebih jauh kemampuan mempertahankan pendapat yang ia miliki dan daya tahannya terhadap terpaan arus pemikiran dari luar akan membentuknya menjadi pribadi yang kuat. Pribadi yang tangguh….
di hutan lagi ricuh
tetumbuhan pun tegang
ada konflik diantara para makhluknya
pohon maple menginginkan cahaya lebih banyak
pohon oak, yang tinggi besar, menolak request tesebut.
pohon maple yakin akan permintaan mereka, mereka yakin mereka benar
“pembagian cahaya di hutan tidak seimbang”
“pohon oak terlalu besar dan angkuh, dan mengambil semua cahaya yang datang”
bagi pohon oak, takdir mereka adalah bentuk kehidupan normal dan mereka wajib menikmatinya selagi bisa
mereka bingung, mengapa pohon maple bisa-bisanya menjadi sangat tidak nyaman dengan ekosistem, dan menggerutu, menghujat, dibalik bayang-bayang besar para oak.
“kealamian bukan untuk ditentang”
di hutan lagi rusuh
dan, penghuni lainnya pada minggat
ketika pohon maple berteriak “opresi” dengan urat melotot di kening
dan para oak menggelengkan kepala sambil tersenyum, mengibaskan daun-daunnya yang subur
lantas, kaum maple merangkai bunga koalisi
dan menuntut haknya atas cahaya, seraya berkata “kaum oak sangat tamak, kami akan membuat mereka memberikan cahaya”
hebat…
akhirnya, para maple pun memenangkan haknya,
mendapat cahaya lebih baik, lebih banyak dan lebih layak
dan aturan baru pun dirilis
tidak ada lagi opresi cahaya
kini, mereka sama, mereka sejajar
mereka equal, berada pada titik equlibrium
mereka akan terus mendapat perlakuan sama dari kapak dan gergaji
dan menangis bersama raungan gergaji mesin
Bunga lily itu beda dengan bunga lainnya. Warna putihnya terlihat suci. Kelopaknya yang besar dan mengecil, melengkung dengan indah dan anggun. Setiap memekar, selalu terbuka sempurna dan penuh keteguhan hati. Harumnya terasa lembut, membuat hati terasa tenang.

Coba sandingkan bunga lily dengan bunga lainnya, bunga lily takkan mencolok dan menyita perhatianmu, sebaliknya justru menyokong dan melembutkan penampilan bunga lainnya sehingga terlihat keindahan sempurna. Buket tanpa bunga lily, hanya akan menjadi kontes bunga cantik. Tidak tertangkap keindahan keseluruhannya.

Waktu hidup bunga lily juga lebih lama dari yang lainnya. Kuat bertahan lebih lama dan wanginya lebih lama. Dan harganya yang jauh lebih mahal dari bunga lainnya, memang sepadan dengan kualitas dan keindahannya. Hanya yang terpilih dan mampulah yang bisa memilikinya.

Bunga lily adalah bunga orang dewasa, bunga yang anggun dan penuh kekuatan hasrat hidup seorang wanita. Itu yg membedakannya dengan bunga melati, yang memberikan ketenangan untuk mengantar kepergian orang terkasih, meskipun sama - sama putih.

Aku paling suka bunga lily putih. Dan aku mencari pendamping yang seperti bunga lily putih.
Lalu..., apa katamu tadi waktu kutanyakan "apa nama bunga kesukaanmu?"...
Lily..berwarna putih.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hari ini aku melihat buket bunga lily di depan kaca,
membuatku teringat seuntai pertanyaan..
yang selalu terulang di kepalaku dengan nada yang sama..
"Apa katamu tadi waktu kutanyakan nama bunga kesukaanmu?"
Membuatku tersenyum dan tersenyum lagi.

Pic by Steven N. Meyers



reply
mbakari wrote on Aug 13, '06
Bunga kelahiran bulan Mei, lily of the valey
Khasiatnya Mengatasi Batuk
Bunga lili dikenal dengan bentuk khasnya yang cantik. Bunga lili berbentuk corong dan biasanya berwarna putih, tp dengan adanya perkembangan teknologi maka sudah banyah dilakukan mutasi gen, sehingga bunga lily bias menampilkan warna yang lebih beragam. Karena keindahannya, bunga lili Lilium formosanum seringkali ditanam sebagai tanaman hias atau bunga potong.
Tumbuhan lili termasuk herba yang mempunya umbi lapis yang tingginya sekitar 0,5 sampai 1,3 meter. Lili adalah tumbuhan yang aslinya berasal dari Tiongkok atau Jepang. Biasanya tumbuhan ini hidup dengan baik di daerah pegunungan.Tak banyak yang paham bahwa dibalik keindahannya, bunga lili memiliki khasiat obat. Menurut Prof Hembing Wijayakusuma dalam bukunya Ensiklopedia Tumbuhan Berkhasiat Obat I, sifat kimiawi dari bunga lili adalah dingin, manis, dan agak pahit. Efek farmakologis yang dikandung tumbuhan ini adalah sebagai obat batuk (antitusif) dan penenang (sedatif). Beberapa penyakit yang bisa diatasi bunga lili adalah batuk, bengkak dan bisul, amandel, radang saluran nafas, radang paru-paru, asma, sakit lambung, diare kronis, sakit perut setelah melahirkan, jerawat, dan lain-lain.
Jika mengalami batuk (tussis), 10 gram umbi bunga lili, 10 gram kulit jeruk mandarin kering, direbus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc, tambahkan 5 gram umbi anggrek tanah, diaduk, lalu diminum selagi hangat. Jika batuk karena influenza, 10 gram umbi bunga lili ditambah 5 gram daun menthol kering dan 7 lembar daun sirih, direbus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 ss, disaring, lalu diminum selagi hangat.
Untuk mengatasi batuk rejan (pertussis), 15 gram umbi bunga lili dan gula merah secukupnya direbus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc, disaring lalu airnya diminung selagi hangat. Jika mengalami radang saluran nafas (bronkhitis), 10 gram umbi bunga lili, 5 gram kulit jeruk mandarin kering dan 15 gram daun cempaka putih, direbus dengan 500 cc air hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat. Selengkapnya...