;
headline photo

MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN

Minggu, 10 Januari 2010

Tradisi dan budaya merupakan beberapa hal yang menjadi sumber dari akhlak dan budi pekerti. Tradisi merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilakukan secara turun-temurun dimulai dari nenek moyang. Tradisi yang telah membudaya akan menjadi sumber dalam berakhlak dan berbudi pekerti seseorang.
tradisi diartikan sebagai sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Dalam pengertian tradisi ini, hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan oleh karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Selain itu, tradisi juga dapat diartikan sebagai kebiasaan bersama dalam masyarakat manusia, yang secara otomatis akan mempengaruhi aksi dan reaksi dalam kehidupan sehari-hari para anggota masyarakat itu (Rendra, 2002).
radisi, yang merupakan sebuah kebiasaan, memberikan sebuah pengaruh yang cukup kuat bagi perilaku kita sehari-hari karena tradisi memiliki lingkup yang sempit dan biasanya berasal dari lingkungan sekitar. Selain itu, budaya juga memberikan pengaruh yang cukup kuat bagi akhlak dan budi pekerti seseorang. Pengaruh ini timbul dari aktivitas seseorang sehari-hari. Oleh karena itu, tradisi dan budaya dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi akhlak dan budi pekerti manusia.
Cinta akan diartikan sebagai rasa rindu, ingin, sangat suka, sangat sayang, sangat kasih dan tertarik hatinya. Sedangkan kasih diartikan sebagai perasaan sayang, cinta, atau suka kepada seseorang.
Cinta kasih merupakan inti dari keberadaan manusia (The Core of Existence). Dalam konteks lain, cinta kasih mengandung makna yang lain seperti “cinta orangtua kepada anak, atau sebaliknya”, “cinta pada alam dan seni”, “cinta kepada Negara”, “cinta sesama manusia”, dan yang lebih tinggi “cinta kepada Allah SWT”.
Cinta dan Kasih terbagi atas tingkatan, cinta kasih yang rendah, cinta kasih yang menengah, dan cinta kasih yang tinggi dan luhur.
*Cinta Kasih yang rendah adalah cinta yang hanya sekedar menganggap cinta sebuah rasa yang mesti diekspresikan seketika yang tanpa kontrol dan nilai (absurd). Pencinta seperti ini cenderung melakukan aktivitas yang menamakan cinta namun bukan cinta yang sesungguhnya.
*Cinta menengah lahir dikarenakan adanya paradigma bahwa cinta memiliki nilai namun tidak ada kontrol maupun norma yang mengatur aplikasi. Tipe cinta seperti ini cenderung apatis bahkan boleh dikatakan manusia pragmatis. Nilai dimaknai sekedar pemenuhan hasrat dan rasa.
Dalam perspektif peradabanYunani, cinta dibagi dalam 3 jenis, yaitu :
1. Cinta Egape, ialah cinta manusia kepada Tuhan yang diwujudkan dengan komunikasi ritual (vertikal atau horizontal).
2. Cinta Philia, ialah cinta kepada ayah ibu (orangtua), keluarga, saudara, sahabat, dan sesama manusia.
3. Cinta Eros atau Amos, ialah cinta antara pria dan wanita (suami dan istri).
Dalam hubungan cinta kasih yang timbul antara 2 jenis manusia yang berbeda kelamin dapat dibedakan dalam 4 macam pertumbuhan cinta, yaitu :
1. Cinta kasih karena kebiasaan adalah cinta yang diperoleh berdasarkan tradisi masyarakat yang dibiasakan, seperti menikahkan anak-anak yang sebelumnya tidak saling kenal dan cinta tumbuh karena ikatan sudah ada.
2. Cinta kasih karena penglihatan adalah cinta yang tumbuh karena penglihatan
3. Cinta kasih karena kepercayaan adalah cinta kasih yang lahir dari kepercayaan atau keyakinan. Hubungan untuk memadu cinta kasih biasanya diperlukan waktu yang cukup lama untuk saling menyelidiki karakter, dan saling memupuk cinta kasih.
4. Cinta kasih karena angan-angan adalah cinta yang lahir dari pengaruh angan-angan atau khayal saja, cinta yang penuh fantasi.
Menurut Erich From, cinta merupakan tindakan aktif (bukan pasif). Berdiri didalam cinta (bukan jatuh didalamnya), (memberi bukan menerima). Sedangkan R.M. Rilke, cinta merupakan dorongan luhur bagi seseorang untuk menunjuk kematangan untuk menjadi sesuatu dalam dirinya sendiri ataupun oranglain.
Menuju Cinta yang Luhur
Cinta mesra kepada Allah SWT, adalah manifestasi kalimat tauhid yaitu meng-Esa-kan Allah dalam sifat, zat, dan perbuatan yang dilafalkan oleh umat Islam dalam kalimat “LAA ILLAHA ILLALLAH” (tiada Tuhan selain Allah).
manusia dan Harapan Harapan dapat diartikan sebagai menginginkan sesuatu yang dipercayai dan dianggap benar dan jujur oleh setiap manusia sehingga bisa menjadi miliknya. Dalam hal ini, seorang manusia dan harapannya agar dapat dicapai, memerlukan kepercayaan kepada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepada Tuhan. Kepercayaan kepada diri sendiri dapat ditimbulkan dengan mulai memiliki konsepsi diri yang positif baik itu melalui fisik, cara berpikir dan jiwa yang akan membantu dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain ataupun bersosialisasi dengan orang lain sehingga terjalin secara positf dan berkesan dengan baik sehingga apa yang diharapkan dapat terwujud. Adapun kepercayaan kepada orang lain bisa ditimbulkan dengan merasa pantang untuk melakukan kebodohan dan kecurangan ataupun perilaku korupsi sehingga orang lain merasa percaya dalam membebankan apa yang diamanatkannya dan itu merupakan sesuatu yang kita harapkan. Hal tersebut bisa disebut dengan relationship. Kepercayaan terhadap Tuhan dapat diwujudkan dengan menjalankan segala perintah yang disuruh-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya serta beribadah dan beramal sesuai dengan agama yang diyakini. Dalam hal ini pengertian ibadah secara luas dimana kesemua kegiatan berorientasi kepada Tuhan.
Kwjban indvdu dlm msrkt.manusia dapat diproyeksikan kedalam kewajiban individu, karena manusia sebagai makhluk sosial merupakan kumpulan dari individu-individu. Tugas ke-khalifahan ini akan melalui proses tumbuh sesuai dengan pertumbuhan usia dan perkembangan fungsi seorang individu dalam masyarakat.
Proses tumbuhnya kewajiban misalnya semasa kanak-kanak, menghormati orang tua adalah merupakan kewajiban, yang akan menjadi hak orang tua, sementara itu orang tua memiliki kewajiban mendidik anak kearah yang sesuai dengan ajaran-Nya, yang akan menjadi hak si anak. Begitu pula setelah dewasa individu mempunyai kewajiban tambahan ke masyarakatnya. Kalau dia memiliki harta wajib membayar zakat, menyantuni yatim dan orang miskin misalnya. Begitu pula kalau individu berfungsi sebagai pemimpin dalam masyarakat atau keluarga, kewajiban selalu mengiringi perubahan fungsi ini. Pemimpin haruslah mendahulukan kewajibannya kepada umatnya, barulah kemudian dia akan mendapat rewards atau haknya dihormati sebagai pemimpin. Pemimpin yang memulai pekerjaan dengan mengemukakan hak terlebih dahulu akan dinilai negatif oleh masyarakatnya, karena memang itulah kemudian yang menjadi hak nya. Semua usaha dan perdebatan yang menuju kearah perebutan kekuasaan pada hakekatnya adalah melupakan kewajiban. Keadaan individu yang mendahulukan hak ini adalah akibat dari godaan yang dirancang oleh iblis yang memang tetap diberi hak oleh Allah untuk menggoda akibat dihukumnya iblis masuk neraka karena tidak mau sujud kepada Adam a.s.
Banyak contoh-contoh lain yang dapat dikembangkan dan diamati dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi pada hakekatnya, menunaikan kewajiban adalah berada dalam posisi memberi (tangan diatas), dan jika setiap orang sudah memberi, maka setiap orangpun akan menerima hak masing-masing karena secara filosofis setiap pemberi mesti ada penerima nya. Pemberian/penunaian kewajiban secara tulus adalah yang harus kita tuju.
Apa yang menyebabkan manusia cenderung mengambil hak terlebih dahulu, tak lain karena kesombongan manusia juga. Ego yang tinggi sudah merupakan sifat manusia pada umumnya. Mengalahkan ego ini merupaka jalan panjang yang harus ditempuh. Tatkala ego sudah kalah total maka penyerahan diri pada-Nya pun akan menjadi total pula. Pada saat itu pula kewajiban akan ditunaikan sebagai yang utama, dan tulus setulus-tulusnya.




















MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN
“ UPAYA PENINGKATAN PENDIDIKAN DI INDONESIA”.
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Ujian Akhir Semester
NAMA : JASMAN
NIM/BP : 72691/2006
JURUSAN : PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA SASTRA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2009
KATA PENGANTAR
• click link
• 668 clicks
• Read more
PERANAN MANAJEMEN KELAS DALAM PENINGKATAN KUALITAS PROSES BELAJAR MENGAJAR
Posted September 6th, 2009 by achmad mk
• Profesi Kependidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
• click link
• 968 clicks
• Read more
Hubungan Kerjasama Antara guru dan Orangtua dalam meningkatkan Aktivitas Belajar Murid
Posted September 6th, 2009 by achmad mk
• Profesi Kependidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya guru dan orang tua dalam pendidikan yang mempunyai tujuan yang sama, yakni mengasuh, mendidik, membimbing, membina serta memimpin anaknya menjadi orang dewasa dan dapat memperoleh kebahagiaan hidupnya dalam artiyang seluas-luasnya. Hal ini sebagai penunjang pencapaian visi Bangsa Indonesia berdasarkan ketetapan MPR RI No. IV/2004 tentang GBHN (1996:66).
• click link
• 424 clicks
• Read more
PERAN SEORANG KEPALA SEKOLAH DI DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DAN KERAJINAN GURU BANTUNYA DI SD
Posted September 3rd, 2009 by achmad mk
• Profesi Kependidikan
PERAN SEORANG KEPALA SEKOLAH DI DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DAN KERAJINAN GURU BANTUNYA DI SD
BAB I
PENDAHULUAN
• click link
• 1502 clicks
• Read more
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI METODE TANYA JAWAB DI SEKOLAH DASAR
Posted September 3rd, 2009 by achmad mk
• Profesi Kependidikan
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI METODE TANYA JAWAB DI SEKOLAH DASAR
BAB I
PENDAHULUAN
Belajar pada hakikatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru, maupun dalam bentuk sikap dan nilaiyang positif. Selama berlangsungnya kegiatan belajar, terjadilah proses interaksi.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru baru, bahkan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam arti, guru mampu menyampaikan bahan pelajaran diserap oleh para peserta didik dengan baik.
Penciptaan harapan seperti itu merupakan kajian dari manajemen kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan para peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efesien atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
Di kelaslah segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metode dengan pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Lebih lanjut hasil pembelajaran ditentukan pula oleh apayang terjadi di kelas. Oleh karena itu, selayaknyalah kelas dimanajemen dengan secara baik, propfesional, terus menerus dan berkelanjutan.
Untuk sampai pada tujuan yang dimaksud diperlukan pemahaman akan hal-hal yaitu : pengertian dan tujuan manajemen kelas ; aspek, fungsi dan masalah manajemen kelas ; pendekatan dalam manajemen kelas ; prosedur manajemen kelas ; serta rancangan prosedur manajemen kelas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
“ Bagaimana seorang guru menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan fesien “
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisa makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejauh mana peran guru dalam manajemen kelas
2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam manajemen kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Manajemen Kelas
Manajemen dari kata “ Management “. Diterjemahkan pula menjadi pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah prosesyang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Maksud manajemen kelas adalah mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelasyang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif.
Terdapat beberapa defenisi tentang manajemen kelas berikut ini :
a. Berdasarkan Konsepsi Lama Dan Modern
Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai upaya mempertahankan ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah proses seleksiyang menggunakan alat yang tetap terhadap problem dan situasi manajemen kelas (Lois V. Jhonson dan Mary Bany, 1970)
b. Berdasarkan Pandangan Pendekatan Operasional Tertentu ( Disarikan dari Wilford A. Weber 1986 )
1) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disiplin (Pendekatan Otoriter).
2) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi (Pendekatan Intimidasi).
3) Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (Pendekatan Permisif).
4) Seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan (Pendekatan Masak).
5) Seperangkat kegiataan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (Pendekatan Instruksional).
6) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku).
7) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersional yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif (Pendekatan Penciptaan Iklim Sosioemosional).
8) Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Pendekatan Sistem Sosial)
Tujuan manajemen kelas adalah :
1) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, bai sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
3) Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
4) Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya ( Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen tahun 1996 : 2 )
B. Aspek, Fungsi dan Masalah Manjemen Kelas
Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiaknosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajenen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif ( Lois V.Johnson dan Mary A.Bany, 1970 ).
Manajenen kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajenen kelas berfungsi :
1. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti : membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individuagar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas.
2. Memelihara agar tugas – tugas itu dapat berjalan lancar.
Masalah manajenen kelas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu : masalah individual dan masalah kelompok.
Munculnya masalah individual disebabkan beberapa kemungkinan tindakan siswa seperti :
a. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain.
b. Tingkah laku yang ingin menujukkan kekuatan
c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain
d. Peragaan ketidakmampuan
Sedangkan masalah-masalah kelompok yang mungkin muncul dalam kelas :
a. Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya
b. Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakai sebelumnya
c. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya
d. “Membombang” anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok
e. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari yang tengah digarap
Semangat kerja rendah Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru seperti gangguan jadwal guru terpaksa diganti sementara oleh guru lain. ( Lois V.Johnson dan Mary A.Bany, dalam M.Entang dan T.Raka Joni1983 ) dalam situasi yang telah dianalisis.
C. Prosedur dan Rancangan Manajemen Kelas.
Manajemen kelas merupakan suatu tindakan yang menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan yang berusaha menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Jadi prosedur manajemen kelas adalah serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas yang dilakukan bagi terciptanya kondisi optimal serta mempertahankan kondisi optimal tersebut supaya proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efesien.
Memperhatikan dua dimensi tindakan dalam manajemen kelas, maka prosedur atau langkah-langkah manajemenpun bertumpu pada prosedur dimensi pencegahan dan prosedur dimensi penyembuhan.
Adapun langkah langkah pencegahannya sebagai berikut :
1. Peningkatan kesadaran diri sebagai guru
2. Peningkatan kesadaran peserta didik
3. Sikap polos dan tulus dari guru
4. Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan
5. Menciptakan kontra sosial
Pada dasarnya langkah-langkah prosedur dimensi penyembuhan adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi masalah
2. Menganalisis masalah
3. Menilai alternatif-alternatif pemecahan
4. Mendapatkan balikan
Rancangan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis berdasarkan pemikiran yang rasional untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan tugas guru menyusun rancangan prosedur manajamen kelas berarti guru menentukan serangkaian kegiatan tentang langkah-langkah manajemen kelas yang disusun secara sistematis berdasarkan pemikiran yang rasional untuk menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi berlangsung kegiatan belajar siswa.
Penyusunan rancangan prosedur manajemen kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Pemahaman terhadap arti, tujuan, dan hakikat manajemen kelas
2. Pemahaman terhadap hakikat peserta didik yang sedang dihadapi
3. Pemahaman terhadap bentuk penyimpangan serta latar belakang tindakan penyimpangan yang dilakukan peserta didik
4. Pemahaman terhadap pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam manajemen kelas
5. Pemilikan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat rancangan prosedur manajemen kelas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peran guru sebagai pengajar mewajibkan guru menyampaikan sejumlah materi pelajaran sesuai dengan garis-garis program pengajaran.
Guru harus memiliki, memahami dan terampildalam menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam manajerial kelas, meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami dan dimilikinya dipergunakan bersamaan atau sekaligus. Dalam hal ini, guru dituntut untuk terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang dianggap meyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapinya.
Guru mempunyai peranan yang besar dalam menentukan keberhasilan manajemen kelas maupun manajemen pembelajaran. Penciptaan sistem lingkungan yang merangsang anak untuk belajar sangat diperlukan karena hanya dengan situasi belajar seperti itulah tujuan akan tercapai.
B. Saran-saran
Dari uraian makalah ini, maka diharapkan agar para guru :
1. Bersegera menyadari diri akan potensi yang dimiliki untuk mengembangkan masyarakat indonesia.
2. Belajar dari segala kekurangan, kekhilafan, serta berusaha untuk membenahinya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan Kelas. Seri Peningkatan Mutu 2. Jakarta : Depdagri dan Depdikbud.
Jhonson, Lois. V. & Mary A. Bany. 1970 Class room Management. London : The MC Millan Company Collier Macmillan Limited.
M. Enteng dan T. Raka Joni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Dalam penulisan makalah ini mulai dari persiapan sampai dengan tahap penyelesaian selalu menghadapi berbagi tantangan dan hambatan, namun semua ini dapat diatasi berkat kesabaran.
Makalah ini saya beri judul “Peranan Manajemen Kelas dalam Peningkatan Kualitas Proses Belajar Mengajar “. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari segenap pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis ucapkan semoga bantuan dan partisipasi dari ibu dosen serta rekan-rekan mahasiswa dapat bermanfaat bagi kita semua dan senantiasa diRidhai Allah SWT. Amin ya Rabbal Alamin.
Barru, Oktober 2007
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar. i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Manajemen Kelas 3
B. Aspek, Fungsi dan Masalah Manajemen Kelas 5
C. Prosedur dan Rancangan Manajemen Kelas 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 9
B. Saran-saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10
KARYA ILMIAH
PERANAN MANAJEMEN KELAS DALAM PENINGKATAN KUALITAS PROSES BELAJAR MENGAJAR















“ UPAYA PENINGKATAN PENDIDIKAN DI INDONESIA”.
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Ujian Akhir Semester
NAMA : JASMAN
NIM/BP : 72691/2006
JURUSAN : PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA SASTRA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ UPAYA PENINGKATAN PENDIDIKAN DI INDONESIA”.
Penulisan makalah ini adalah sebagian syarat untuk mendapatkan nilai semester pada mata kuliah umum pengantar pendidikan. Dalam penulisan makalah ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihakyang ikut berpartisipasi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu., semoga mendapat imbalan dari Allah SWT.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka pada kesempatan ini penulis mengharapkan kritika dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dari segenap pembaca. Akhir kata penulis do’a kan semoga semua amal yang diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya Rabbal Alamiin.
Padang, Mei 2009



Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................i
DAFTAR ISI..............................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................1
1.LATAR BELAKANG........................................1
2.TUJUAN................................................1
3.RUMUSAN MASALAH.......................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................3
1.PEMBAHASAN DASAR......................................3
2.PEMBAHASAN ISI........................................4
a.Profesionalisme guru di era IT........................4
b.Teknologi informasi dam pendidikan di Indonesia…………………5
c.Meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dengan
bantuan IT..............................................6
BAB III PENUTUP.........................................7
1.KESIMPULAN............................................7
2.SARAN.................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................9

BAB 1
PENDAHULUAN
1.Latar balakang
Diakui atau tidak, krisis multidimensional yang melanda negeri ini membuka mata kita terhadap mutu pendidikan manusia Indonesia. Pun dengan sumber daya manusia hasil pendidikan yang ada di negeri ini. Memang, penyebab krisis itu sendiri begitu kompleks. Namun tak dipungkiri bahwa penyebab utamanya adalah sumber daya manusia itu sendiriyang kurang bermutu. Jangan harap bicara soal profesionalisme, terkadang sikap manusia Indonesia yang paling merisaukan adalah seringnya bertindak tanpa moralitas.
Dalam sebuah penelitian, diuangkapkan bahwa produktivitas manusia Indonesia begitu rendah. Hal ini dikarenakan kurang percaya diri, kurang kompetitif, kurang kreatif dan sulit berprakarsa sendiri. Tentunya, hal itu disebabkan oleh sistem pendidikanyang top down, dan yang tidak mengembangkan inovasi dan kreativitas.
Memang dewasa ini, sepertinya pendidikan seakan mengalami kemajuan dengan pertumbuhan sarjana, pascasarjana hingga doktor di berbagai bidang dan munculnya gedung-gedung sekolah hingga perguruan tinggiyang cukup mewah. Sayangnya, hingga kini pendidikan tidak bisa diakses secara merata oleh penduduk Indonesia.
2.Tujuan
Pembuatan makalah ini ditujukan untuk menambah pengetahuan mengenai wawasan pendidikan di Indonesia sehingga bisa menjadi acuan dalam pembenahan dan pemahaman mengenai kebutuhan dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan pendidikan.
Selain itu dengan mengetahui permasalahan-permasalahan dalam pendidikan maka bisa menantaskan apa-apa saja yang perlu diperhatikan oleh pemerintah agar Indonesia bisa mencapai pendidikan yang layak dan maju sehingga mampu bersaing dengan Negara-negara lain terutama di zaman modern seperti sekarang ini dimana simber daya manusia merupakan pengaruh pokok dalam perkembangan suatu bangsa.
3.Rumusan masalah
Bagaimana upaya Peningkatkan pendidikan Di Indonesia ?
1. Bagaimana profesionalisme guru diera IT (Information Technology) ?
2. Bagaimana Teknologi Informasi dan pendidikan di Indonesia ?
3. Bagaimana meningkatkan pendidikan di Indonesia dengan bantuan IT ?
4. Beberapa tip untuk membuat materi training yang baik itu bagaimana ?
5. Apa saja yang perlu dipersiapkan oleh suatu lembaga pendidikan ?

BAB II
PEMBAHASAN
UPAYA PENINGKATAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
1.Pembahasan Dasar
Guru memiliki peran yang amat penting bagi proses pendidikan. Demikian penting sampai John Goodlad, Ketua Asosiasi Kepala Sekolah di Amerika Serikat suatu saat berujar, "Manakalaguru sudah masuk ke ruang kelas dan menutup pintu kelas itu, dialah yang akan menentukan apakah proses belajar hari itu berjalan dengan baik atau tidak, dapat mencapai tujuan atau tidak." Lebih-lebih di sekolah dasar,guru memiliki peran yang amat penting dalam proses pendidikan bagi para siswa di usia yang amat menentukan bagi pendewasaan mereka. Meski banyak pihak mengakui peran penting guru dalam proses pendidikan, guru kita hingga saat ini belum sepenuhnya mendapatkan perhatian yang layak dilihat dari sisi kesejahteraan dan peningkatan profesionalisme.
Banyak program pendidikan baru yang inovatif diberlakukan oleh pemerintah dalam waktu paling tidak lima tahun terakhir ini, seperti broad based education, life skills, manajemen pendidikan berbasis sekolah, contextual teaching-learning (CTL), evaluasi belajar model portofolio, danyang terakhir Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Semua itu kurang atau bahkan tidak mengikutsertakan guru sebagai variabel penting dalam pelaksanaan program-program itu, padahal semua program baru itu bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini. Lantas, bagaimana peran guru kita dalam pembaharuan dan inovasi pendidikan itu? Inilah persoalannya.
Dengan banyaknya program baru itu, semestinya para guru kita didorong untuk memiliki profesionalisme yang lebih tinggi. Hal itu juga diikuti kesejahteraan yang lebih memadai. Kenyataan tidaklah seperti itu. Banyaknya program baru itu justru menambah beban kerja guru. Mengapa beban? Karena guru belum atau tidak mengerti secara sempurna terhadap berbagai inovasi pendidikan itu. Akibatnya, mereka berada dalam ketidakmenentuan profesi ketika harus melakukanprogram-program inovatif di tempat kerja masing-masing.
2.Pembahasan Isi
a. Profesionalisme guru di era IT (Information Technology)
Saat ini kita hidup pada era knowledge based economy. Artinya sistem ekonomi secara global berjalan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi. Dampaknya, negarayang memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan yang kuat akan menguasai ekonomi. Mengapa demikian? Karena dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebuah bangsa akan memiliki daya saingyang tinggi di tengah-tengah bangsa lain. Jika sebuah bangsa memiliki daya saing yang tinggi, ia dapat dipastikan bisa menguasai dunia secara ekonomi.Negara-negara seperti Jepang, Jerman, Amerika Serikat, Korea, Singapura, dan Australia memiliki perekonomianyang jauh lebih baik dibandingkan dengan perekonomian kita. Sebab, negara-negara tersebut menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lalu apa implikasinya terhadap pendidikan, terutama guru, di negeri ini? Implikasinya, kita harus melakukan profesionalisme pada pekerjaan guru. Dengan guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi, pendidikan akan bisa ditingkatkan kualitasnya. Kualitas pendidikan yang baik pada akhirnya akan meningkatkan daya saing bangsa melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk bisa menjamin terjadinya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa ini mau tidak mau ke depan harus meningkatkan profesionalismeguru. Jika ini harus dilakukan, kita harus memperhatikan syarat-syarat terjadinya profesionalisme yang perlu dimiliki para guru kita. Antara lain, menurut Houle, harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat, berdasarkan atas kompetensi in dividual (bukan atas dasar KKN), memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, dan ada kerja sama dan kompetisiyang sehat antarsejawat.
Selain itu, ada kesadaran profesional yang tinggi, memiliki prinsip-prinsip etik (kode etik), memiliki sistem sanksi profesi, ada militansi individual, dan memiliki organisasi profesi. Dari syarat-syarat yang harus dimiliki guru agar mereka termasuk dalam kategori profesional tersebut, tentu perlu ada sistem peningkatan pengetahuan bagi guru secara tersistem dan berkelanjutan. Pendek kata, perlu ada in service training yang baik bagi para guru kita.
Di Singapura, para guru selalu mendapatkan pelatihan dalam bidang pengetahuan dan keterampilan baru yang diperlukan oleh guru sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap tahun mereka mendapatkan hak untuk memperoleh in service training selama 33 jam. Itulah sebabnya guru di sana selalu bisa dipertahankan profesionalismenya. Dengan begitu, mutu pendidikan di "negara kota" itu menduduki peringkat kedua setelah Korea Selatan di antara 12 negara di Asia.
b. Teknologi Informasi Dan Pendidikan Di Indonesia
Bangsa Indonesia - Sepanjang perjalanannya selalu diwarnai oleh upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan oleh pihak pemerintah yang silih berganti. Namun pengalaman empiris bangsa kita telah membuktikan - ketidak jelasan arah kebijakan pendidikan Pendidikan di Indonesia membawa kepada terjadinya involusi pendidikan . Upaya yang dilakukan oleh pemerintah kerapkali bersifat “Jalan pintas”, semisalkan yang masih “hangat” adalah penetapan angka batas minimal kelulusan UN dengan nilai sebesar 4,25. Kebijakan yang tidak bijak ini adalah refleksi sikap pragmatis pemerintah yang tidak mau direpotkan oleh faktor-faktor non-struktural dan menganakemaskan hasil daripada proses. Apa yang akan terjadi melalui kebijakan output sentris ini? Para siswa justru akan mencari rumus-rumus “jalan pintas” untuk menjawab dengan soal dengan paradigma “yang penting benar”, bukannya menjawab soal dengan uraian yang sistematik dan rasional. Hakikat filosofis pendidikan sebagai “pencerah” yang telah terlupakan menjadi semakin terkubur.
Apabila kita amati dengan seksama, apa sebenarnya yang menjadi inti permasalahan pada dunia pendidikan, mungkin jauh lebih sulit dari menggantang asap. Berbagai hal dapat saja dipersalahkan sebagai pokok masalah yang menghambat kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Namun demikian, yang jelas-jelas dapat kita temukan sebagai suatu kecacatan ialah proses “belajar-mengajar konvensional” yang mengandalkan tatap muka antara guru dan murid, dosen dengan mahasiswa, pelatih dengan peserta latihan, bagaimanapun merupakan sasaran empuk yang paling mudah menjadi sasaran bagi suara-suara kritis yang menghendaki peningkatan kualitas pada dunia pendidikan.
c. Meningkatkan Mutu Pendidikan di Indonesia dengan bantuan IT
Pendidikan di Indonesia adalah salah satu yang termahal di dunia. Jadi sungguh kasihan anak2 Indonesia saat ini yang orang tuanya tidak mampu. Padahal pendidikan yang baik adalah kunci kelak di saat mulai terjun ke dunia pekerjaan.Parahnya lagi, belum tentu juga biaya yang makin mahal berarti pendidikan yang makin bagus. Salah satu penyebabnya adalah karena banyak pihak yang mulai membisniskan pendidikan ini.Memang jika dilihat dari jumlah anak2 di Indonesia, angkanya tidak sebanding dengan jumlah sekolah yang ada. Sehingga sangat masuk akal jika hal ini dilirik pelaku2 bisnis.Sebenarnya, mutu pendidikan yang baik tidak selalu identik dengan harga yang mahal. Salah satunya adalah dengan mendayagunakan IT (Information Technology) untuk mendongkrak mutu sekolah2 di Indonesia.
Urusan pendidikan menggunakan media IT sebenarnya sudah jamak dilakukan di perusahaan2 maju. Contohnya saja sewaktu saya bekerja di IBM tahun 1990-1995 dulu, hal yang pertama kali saya harus lakukan adalah mengambil training2 melalui materi2 rekaman Laser Disk. Laser Disk ini berisi rekaman2 video dari para pakar di IBM. Setelah mengambil training2 tersebut, saya dipersilahkan mengambil ujian bersertifikat, juga melalui sistem yang serba online. Saya ingat, servernya terletak di Lexington, sedangkan saya sendiri mengerjakan soal2 ujian tersebut di salah satu sudut di gedung Landmark A (ini gedung tempat IBM berdiri).
PENUTUP

a. Kesimpulan
Profesionalisme guru diera IT (Information Technology) diperlukan karena negara yang kuat adalah negara yang memiliki pondasi ekonomi yang kuat dan didukung dengan penguasaan Ilmu pengetahuan serta teknologi, sebagai contoh Amerika Serikat, Australia, Korea Selatan, dan yang tidak begitu jauh saudara serumpun yaitu Malaysia serta Singapura.
Sekarang pemerintah menetapkan hasil akhir yang harus dicapai bukan bagaimana hasil itu berjalan dan diproses, sehingga para siswa mencari jalan pintas untuk mencarai output yang baik. Inefektifitas adalah kata yang cocok untuk menggambarkan pola sistem pendidikan kita sekarang, sebab seiring dengan perkembangan zaman, pertukaran informasi menjadi semakin cepat dan instan, namun institut yang masih menggunakan sistem tradisional ini mengajar (di jenjang sekolah tinggi kita anggap memberikan informasi) dengan sangat lambat dan tidak seiring dengan perkembangan IT dan mobilitas Informasi itu sendiri.
Mutu pendidikan yang baik tidak selalu identik dengan harga yang mahal. Salah satunya adalah dengan mendayagunakan IT (Information Technology) untuk mendongkrak mutu sekolah2 di Indonesia. Setelah semua terpenuhi maka pihak lembaga pendidikan bisa bekerjasama dengan Operator Telekomunikasi serta vendor2 IT serta beberapa penerbit untuk memberikan pelayanan kepada siswanya dan masyarakat.
b. Saran
Apabila kita amati dengan seksama, apa sebenarnya yang menjadi inti permasalahan pada dunia pendidikan, mungkin jauh lebih sulit dari menggantang asap. Berbagai hal dapat saja dipersalahkan sebagai pokok masalah yang menghambat kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Namun demikian, yang jelas-jelas dapat kita temukan sebagai suatu kecacatan ialah proses “belajar-mengajar konvensional” yang mengandalkan tatap muka antara guru dan murid, dosen dengan mahasiswa, pelatih dengan peserta latihan, bagaimanapun merupakan sasaran empuk yang paling mudah menjadi sasaran bagi suara-suara kritis yang menghendaki peningkatan kualitas pada dunia pendidikan. Sistem konvensional ini seharusnya sudah ditinggalkan sejak ditemukannya media komunikasi multimedia. Karena sifat Internet yang dapat dihubungi setiap saat, artinya siswa dapat memanfaatkan program-program pendidikan yang disediakan di jaringan Internet kapan saja sesuai dengan waktu luang mereka sehingga kendala ruang dan waktu yang mereka hadapi untuk mencari Informasi sebagai sumber belajar dapat teratasi. Dengan perkembangan pesat di bidang teknologi telekomunikasi, multimedia, dan informasi; mendengarkan ceramah, mencatat di atas kertas sudah tentu ketinggalan Zaman.

DAFTAR PUSTAKA
Tony Seno Hartono. 2009.Upaya meningkatkan mutu pendidikan dengan media Tekhnologi Informasi. Dikutip dari www.google.com pada 9:20 PM Categories: indonesia, it, networking.
Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. 2009. Dikutip dari www.google.com pada Sabtu, 24 Mei 2009.Jakarta Pusat: Indonesia
Prof. Dr. Suyanto (Rektor UNY). 2009. Mobilitas Horizontal bagi Guru Bermutu. Dikutip dari www.google.com pada 24 mei 2009, 10.54 p.m
Tim Pembina Mata Kuliah Pengantar Pendidikan. 2008. Bahan Ajar Pengantar Pendidikan. Padang: UNP.


2 Komentar::

anymous mengatakan...

dasar gila :mad:
emang lo pikir ni kaskus pake cendol segala :cd:

rinduqu mengatakan...

opo eich.....
brpkirlah secara komprehensiph....!!!!

Posting Komentar

♥♥♥Eit..Eit..kayanya pengunjung mau kirim komentar nih tentang bacaan barusan..ya dah..NAME/URL juga boleh kok..Makasih yah.. ♥♥♥