;
headline photo

uang dan keuangan

Minggu, 10 Januari 2010

Uang seringkali menjadi penyebab terjadinya perceraian. Perselisihan mengenai keuangan bisa saja terjadi disaat uang melimpah maupun disaat kekurangan
uang.Kegagalan dalam membicarakan soal uang di dalam keluarga berpotensi menimbulkan permasalahan. Oleh karena itu dalam hal keuangan keluarga sangat dibutuhkan sebuah pola pengelolaan dimana masing-masing individu di dalam keluarga (suami dan istri) memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Dengan pembagian tanggung jawab serta diskusi yang mendalam dapat meringankan persoalan yang mungkin timbul di masa depan.

Beerapa tipe pengelolaan uang dalam keluarga:
1. Uang bersama dan Sistem AmplopPenghasilan suami istri langsung digabung bersama. Setelah itu, gabungan kedua pendapatan langsung dialokasikan ke pos-pos pengeluaran rutin yang telah dihitung lebih dulu. Lazimnya, setiap pos diwakili oleh satu amplop. Pos-pos pengeluaran itu, pada beberapa keluarga, bukan saja kebutuhan rumah tangga makan minum, dan listrik saja, tapi juga termasuk membayar kredit rumah, cicilan mobil, listrik, telepon, uang sekolah anak, asuransi dan kebutuhan mobil (bensin, servis berkala, kerusakan, dan lain-lain).
2. Membagi Berdasar PersentaseBentuk manajemen ini adalah membagi tanggung jawab dalam bentuk jumlah atau persentase Seluruh kebutuhan keluarga setiap bulan dihitung termasuk pos darurat dan pos tabungan. Masing-masing sepakat menyumbang sebesar jumlah tertentu untuk menutupi kebutuhan tersebut. Sisanya digunakan sebagai tabungan pribadi untuk kebutuhan pribadi. Misalnya, istri membeli parfum, lipstik, atau baju. Bisa juga tanpa menghitung kebutuhan keluarga terlebih dahulu, suami-istri memberi kontribusi yang sama berdasarkan prosentase. Misalnya 80:20. Artinya, masing-masing “menyetor” 80 persen dari gajinya. Sisa 20 persen disimpan untuk diri sendiri. Jika bisa berhemat, dari uang bersama yang 80 persen, bisa tersisa untuk tabungan keluarga, di samping suami dan istri juga masing-masing punya tabungan pribadi.
3. Membagi Tanggung JawabMisalnya, suami mengeluarkan biaya untuk urusan “berat”, seperti membayar kredit rumah, cicilan mobil, listrik, telepon, uang sekolah anak, kebutuhan mobil, dan asuransi. Sementara bagian istri adalah belanja logistik bulanan, pernak-pernik rumah, jajan, dan liburan akhir pekan dan pos tabungan. Dilihat dari jumlahnya, suami menanggung lebih banyak dana. Tapi istri juga punya peranan dalam kontribusi dana rumah tangga. Kalau ternyata istri yang memiliki pendapatan lebih besar, tentunya hal ini juga bisa dilakukan sebaliknya.
Tiga hal penting dalam mengelola keuangan bersama
Pertama, pembagian kerja sangatlah dibutuhkan dalam hal mengatur keuangan. Contoh singkatnya, siapa yang membayar semua kebutuhan sehari-hari rumah tangga. Misalkan Anda sebagai istri yang harus membayarnya maka suami dalam hal ini harus mentransfer dana yang cukup setiap bulannya untuk memenuhi semua kebutuhan keuangan keluarga. Bila Anda memutuskan untuk mendelegasikan satu orang untuk membayar semua tagihan bulanan keluarga maka hal penting yang harus diperhatikan adalah kejujuran. Dimana Anda berdua haruslah terbuka satu dengan yang lain berkenaan dengan permasalahan uang. Jangan sampai bila Anda menggunakan rekening bersama dan salah satu dari Anda mengambil dana dalam jumlah besar dan tidak mengatakan kepada pasagan Anda. Begitu pasangan Anda membutuhkan untuk hal yang sangat penting ternyata dan yang tersedia tidak mencukupi.
Kedua, pengeluaran yang disepakati menjadi sangat vital. Anda berdua harus mencapai kata sepakat dalam merencanakan pengeluaran. Hal ini biasanya berkaitan dengan pengeluaran yang tidak tetap, misalkan keputusan untuk mengganti mobil dengan yang baru setelah beberapa tahun? Atau apa yang Anda berdua pikirkan berkenaan dengan liburan? Sebagai kesimpulan, Anda harus membicarakan dan bersepakat dalam kebutuhan yang harus dipenuhi, apa yang menjadi keinginan bersama dan apa yang dapat Anda penuhi.
Hal terakhir yang menjadi sangat penting adalah menabung. Dalam hal ini visi kedepan menjadi sangat penting. Dimana dengan tujuan yang Anda dan pasangan tentukan akan memberikan motivasi serta pemilihan strategi yang dapat membantu Anda mencapai tujuan masa depan yang dimiliki. Dengan begitu Anda juga akan melihat pentingnya pengalokasian dana saat ini dan dimulai saat ini juga.
Komunikasi
Big spender, hal ini berkaitan dengan kebiasaan salah satu anggota dalam keluarga yang sangat merisaukan pasangan yang lain, misalkan yang satu adalah penabung yang bijak sedangkan pasangannya adalah pembelanja yang berlebihan. Hal ini harus dicari jalan keluarnya dengan komunikasi yang baik tanpa menyalahkan satu atau yang lain.Tidak adanya keterusterangan, salah satu hal yang menyebabkan perselisihan adalah dimana salah satu pasangan mendapatkan tagihan kartu kredit yang bukan main tingginya, mulai dari makan bersama rekan-rekan kantor, membeli driver baru dan hal lainnya—kejutan yang kurang baik. Kejutan seperti ini harus dibicarakan dan diselesaikan dengan baik dan bijak. jangan sampai menimbulkan pertengkaran yang besar di masa mendatang.Apa yang tetangga miliki, Anda pun harus punya. Misalkan saja tetangga Anda baru saja membeli mobil SUV (Sport Utility Vehicle) terbaru, pasangan Anda juga harus membelinya. Terkadang hal ini bisa menimbulkan serpihan-serpihan perselisihan yang lama kelamaan bisa membesar.Persoalan hutang. Pernikahan sering kali diawali dengan rasa cinta. Membicarakan masalah uang apalagi hutang menjadi pembicaraan yang tabu, padahal persoalan ini sangat penting untuk dibicarakan. Jangan sampai begitu menikah Anda terkejut dengan semua kebiasaan serta prilaku keuangan pasangan masing-masing.
Kontrol
Sedikit demi sedikit lama menjadi bukit. Pengeluaran yang tidak diikuti dengan program perencanaan yang baik, malah dapat mengakibatkan kerusakan kondisi keuangan. Pengeluaran kecil yang sering kali dilupakan lama-lama bisa sangat besar dan membebani pendapatan keluarga. Jadi perhatikan secara bijak kemana saja pengeluaran yang Anda dan keluarga lakukan setiap bulannya.“Boss�-lah yang bertanggung jawab. Dalam keluarga yang kurang komunikasi seringkali, satu orang lebih dominan dibanding pasangannya. Hal ini bisa sangat berbahaya. Bilamana terjadi, misalkan rumah bocor, maka pasangannya berharap bahwa “boss�-lah yang harus menyiapkan dana untuk perbaikan, karena ialah “boss�nya.
KeluargaPilihan seputar rencana memiliki anak. Tetap bekerja atau menjadi ibu rumah tangga? Menyiapkan biaya pendidikan anak-anak Anda sekarang atau nanti? Semua pilihan atau argumen berkaitan dengan hal ini tidak ada habisnya, sehingga dibutuhkan diskusi keluarga guna menetapkan tujuan bersama.Mertua atau ipar. Dalam adat ketimuran, keluarga besar bukan hanya keluarga inti, ayah, ibu dan anak-anak, lebih dari itu mertua dan ipar juga termasuk didalamnya. Bila pasangan Anda masih harus menyisihkan sebagai pendapatannya untuk sekolah adiknya atau kebutuhan orang tuanya yang sudah tua, semua ini sebaiknya dijelaskan secara terbuka. Jangan sampai malah mengakibatkan benih-benih pertengkaran di kemudian hari.



0 Komentar::

Posting Komentar

♥♥♥Eit..Eit..kayanya pengunjung mau kirim komentar nih tentang bacaan barusan..ya dah..NAME/URL juga boleh kok..Makasih yah.. ♥♥♥