;
headline photo

PERKEMBANGAN ANAK

Minggu, 10 Januari 2010

BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Menurut keyakinan tradisional sebagian manusia dilahirkan dengan sifat sosial dan sebagian lagi tidak. Orang yang lebih banyak merenungi diri dan lebih suka menyendiri daripada bersama-sama dengan orang lain atau introvert, secara alamiah memang sudah bersifat demikian. Mereka yang bersifat sosial dan pikirannya lebih banyak tertuju pada pada hal-hal diluar dirinya atau ekstrovert, juga sudah bersikap seperti itu karena alamiah yaitu faktor keturunan. Sedangkan orang yang menentang masyarakat yaitu orang yang antisosial, dan orang yang biasanya menjadi penjahat, diyakini oleh masyarakat tradisional sebagai warisan dari pada salah satu sifat buruk yang dimiliki oleh orang tuanya.
Hanya sedikit bukti yang menunjukan bahwa orang dilahirkan dalam keadaan sudah bersifat sosial, tidak sosial dan antisosial, dan banyak bukti sebaliknya yang menunjukan bahwa mereka bersifat demikian karena hasil belajar. Akan tetapi, belajar menjadi pribadi yang sosial tidak dapat dicapai dalam waktu singkat. Anak-anak akan belajar searah dengan daur (siklus), dengan periode kemajuan yang pesat diikuti oleh garis mendatar (plateau). Pada garis mendatar ini hanya terdapat sedikit kemajuan dalam diri anak. Periode kemajuan yang pesat bahkan kadang-kadang diikuti oleh tahap kemunduran ketingkat perilaku sosial yang rendah. Seberapa cepat anak dapat meningkat kembali dari garis mendatar itu sebagian besar bergantung pada kuat lemahnya motivasi mereka untuk bermasyarakat.

2 Rumusan Masalah
1. Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-kanak Awal.
3 Batasan Masalah
Dalam makalah ini, permasalahan yang dibahas seputar perkembangan anak pada masa kanak-kanak awal dalam aspek sosial dan aspek moral. Adapun pembahasannya dibatasi pada perkembangan sosial yang meliputi: masa kanak-kanak awal, hubungan dengan anak lain dan upaya pendidikan dan perkembangan sosial anak. Sedangkan pada perkembangan moral meliputi: pola perkembangan moral, hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan moral, upaya pendidikan terhadap pekembangan moral.
4 Tujuan
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik. Selain itu tujuan penulisan makalah ini juga sebagai bahan belajar bagi kita untuk lebih mengenal tentang perkembangan sosial dan moral pada masa awal kanak-kanak, seperti:
1. Sebagai pemenuhan tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik.
2. Sebagai bahan kajian yang berkenaan dengan perkembangan sosial dan moral pada masa kanak-kanak awal.
3. Memahami hakikat dari perkembangan sosial dan moral anak.
4. Mengidentifikasi peran orang tua terhadap perkembangan sosial dan moral anak.
5. Melibatkan peran orang tua secara langsung dalam pengembangan sosial dan moral anak.
6. Memberikan pendidikan kepada calon orang tua dalam mengembangkan sikap sosial dan moral anak.

5 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat memahami tentang cara pengoptimalan kemampuan perkembangan sosial dan moral seorang anak.
2. Mengenal tingkah laku anak dan tahu bagaimana menyikapi problematika anak sesuai perkembangannya.
3. Mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak.
4. Mengenal cara pengembangan sosial dan moral anak.
5. Mempunyai dasar untuk mengembangkan sikap sosial dan moral anak.
6. Mengenal teori-teori yang berkenaan dengan perkembangan sosial dan moral anak.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-Kanak Awal
• Masa Awal Kanak-kanak
Secara kronologis (menurut urutan waktu), masa kanak-kanak (early childhood) adalah masa perkembangan dari usia 1 atau 2 tahun hingga 5 atau 6 tahun. Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan pesat, tetapi secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan dan keluarganya. Oleh karena itu, fungsionalisasi lingkungan keluarga pada fase ini penting sekali untuk mempersiapkan anak terjun ke dalam lingkungan yang lebih luas terutama lingkungan sekolah.
Masa kanak-kanak awal sering disebut “usia pragang” (pregang age). Pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini sebagian menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Anak-anak yang mengikuti pendidikan prasekolah, misalnya pendidikan untuk anak sebelum taman kanak-kanak (nursery school), pusat pengasuhan anak pada siang hari (day care center), atau taman kanak-kanak (kindergarden), biasanya mempunyai sejumlah besar hubungan sosial yang telah ditentukan dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Alasannya adalah mereka dipersiapkan secara lebih baik untuk melakukan partisipasi yang aktif dalam kelompok dibanding dengan anak-anak yang aktivitas sosialnya terbatas dengan anggota keluarga dan anak-anak dari lingkungan tetangga terdekat.
Masa kanak-kanak juga sering disebut masa estetika, masa indera, dan masa menentang orang tua. Disebut estetika karena pada masa ini merupakan saat terjadinya perasaan keindahan. Disebut masa indera, karena pada masa ini indera berkembang pesat dan merupakan kelanjutan dari perkembangan selanjutnya. Berkat kepesatan perkembangan itulah, dia senang mengadakan eksplorasi.
Dari umur dua sampai enam tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Studi lanjutan tentang kelompok anak melaporkan bahwa sikap dan perilaku sosial yang terbentuk pada usia dini biasanya menetap dan hanya mengalami perubahan sedikit.
Salah satu diantara sejumlah keuntungan pendidikan prasekolah adalah bahwa pusat pendidikan tersebut memberikan pengalaman sosial dibawah bimbingan para guru yang terlatih yang membantu mengembangkan hubungan yang menyenangkan dan berusaha agar anak-anak tidak mendapat perlakuan yang mungkin menyebabkan mereka menghindari hubungan sosial. Akibatnya, semua reaksi negatif kepada anak lain berkurang. Walaupun demikian, reaksi negatif kepada guru kadang-kadang meningkat sedikit setelah anak lebih suka bergaul dengan teman sebaya daripada dengan orang dewasa.
Setiap tahun berganti, anak kecil semakin kurang menggunakan waktunya dengan orang dewasa dan hanya memperoleh kesenangan sedikit dari pergaulan dengan orang dewasa. Pada saat yang sama, minat mereka terhadap teman sepermainan yang berusia sebaya semakin bertambah dan kesenangan yang mereka peroleh dari pergaulan ini semakin kuat. Dengan berkembangnya keinginan terhadap kebebasan, anak-anak mulai melawan otoritas orang dewasa.
Walaupun ingin mandiri, anak-anak masih berusaha memperoleh perhatian dan penerimaan dari orang dewasa. Jika mereka telah memperoleh kepuasan dari perilaku kelekatan pada masa kanak-kanak, mereka akan terus berusaha membina hubungan yang bersahabat dengan orang dewasa, terutama anggota keluarga.
Anak-anak pada masa ini bersifat meniru, banyak bermain dengan lelakon (sandiwara) atau khayalan, yang kadang-kadang dapat membantu dalam mengatasi kekurangan-kekurangannya dalam kenyataan. Kegiatan yang bermacam-macam itu akan memberikan ketrampilan dan pengalaman-pengalaman terhadap anak.
Tugas-tugas perkembangan pada fase ini meliputi :
1. Belajar berbicara, misalnya mulai dengan menyebut kata ibu, ayah, dan nama-nama benda sederhana yang ada di sekelilingnya.
2. Belajar membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, dan bersopan santun seksual.
3. Belajar mengadakan hubungan emosional selain dengan ibunya, dengan ayah, saudara kandung, dan orang-orang di sekelilingnya.
4. Belajar membedakan antara hal-hal yang baik dengan yang buruk, juga antara hal-hal yang benar dan salah, serta mengembangkan atau membentuk kata hati (hati nurani).
5. Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana tentang kenyataan sosial dan alam, serta mempersiapkan diri untuk membaca.
Dengan demikian, belajar berbicara, membedakan jenis kelamin, mengadakan hubungan emosional, belajar konsep (pengertian) dapat dikatakan sebagai tugas perkembangan masa anak-anak awal yang berkaitan dengan segi perkembangan psikososialnya yang selanjutnya berguna bagi terciptanya hubungan sosial menuju tahap-tahap perkembangan selanjutnya.
• Hubungan Dengan Anak Lain
Sebelum usia dua tahun, anak kecil terlibat dalam permainan searah. Meskipun dua atau tiga orang anak bermain didalam ruangan yang sama dan dengan jenis mainan yang sama, interaksi sosial yang terjadi sangat sedikit. Hubungan mereka terutama terdiri atas meniru atau mengamati satu sama lain atau berusaha mengambil mainan anak lain.
Sejak umur tiga atau empat tahun, anak-anak mulai bermain bersama dalam kelompok, berbicara satu sama lain pada saat bermain, dan memilih dari anak-anak yang hadir siapa yang akan dipilih untuk bermain bersama. Perilaku yang umum dari kelompok ini ialah mengamati satu sama lain, melakukan percakapan, dan memberikan saran lisan.
Studi terhadap anak-anak dalam masa prasekolah telah membuktikan bahwa dengan semakin meningkatnya usia anak, pendekatan yang ramah meningkat dan interaksi permainan semakin berkurang. Tahun demi tahun anak laki-laki semakin melakukan pendekatan yang ramah tetapi juga semakin melakukan pendekatan yang bermusuhan dengan anak lain.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis keluarganya. Jika di lingkungan keluarga tercipta suasana yang harmonis, saling memperhatikan, saling membantu (bekerja sama) dalam menyelesaikan tugas-tugas keluarga atau anggota keluarga, dan konsisten dalam melaksanakan aturan, maka anak akan memiliki kemampuan atau penyesuaian sosial dalam hubungan dengan orang lain.
Pola perilaku sosial pada anak antara lain: meniru, persaingan, kerja sama, simpati, empati (mengerti perasaan dan emosi orang lain dan membayangkan dirinya pada kondisi orang lain tersebut), dukungan sosial, membagi/berbagi, perilaku akrab. Sedangkan perilaku tidak sosial antara lain : negativisme, agresif, perilaku berkuasa, mementingkan diri sendiri, merusak, pertentangan seks (sering kali laki-laki berperilaku agresif melawan anak perempuan), dan berprasangka prasangka.
• Upaya Pendidikan dan Perkembangan Sosial Anak
Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semstinya menurut alam pikirannya. Sikap anak-anak terhadap orang lain dalam bergaul sebagian besar akan sangat tergantung pada pengalaman belajarnya selama tahun-tahun awal kehidupan, yang merupakan masa pembentukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Maka ada empat faktor yang mempengaruhinya:
1. Kesempatan yang penuh untuk bersosialisasi adalah penting bagi anak-anak, karena ia tidak dapat belajar hidup bersosialisasi jika kesempatan tidak dioptimalkan. Tahun demi tahun mereka semakin membutuhkan kesempatan untuk bergaul dengan banyak orang, jadi tidak hanya dengan anak yang umur dan tingkat perkembangannya sama, tetapi juga dengan orang dewasa yang umur dan lingkungannya yang berbeda.
2. Dalam keadaan bersama, anak tidak hanya harus mampu berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang topik yang dapat dipahami dan dapat menceritakannya secara menarik kepada orang lain. Perkembangan bicara merupakan hal yang terpenting bagi perkembangan sosialisasi anak.
3. Anak akan belajar bersosialisasi jika mereka mempunyai motivasi untuk melakukannya. Motivasi ini sangat bergantung pada tingkat kepuasaan yang diberikan kelompok sosialnya kepada anak. Jika mereka memperoleh kesenangan melalui hubungan dengan orang lain, mereka akan mengulangi hubungan tersebut.
4. Metode belajar yang efektif dengan bimbingan yang tepat adalah penting. Dengan metode coba ralat, anak akan mempelajari beberapa perilaku yang penting bagi perilaku sosialnya.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pertumbuhan tingkahlaku yang kompetitif (bersifat persaingan) selama masa kanak-kanak sejajar dengan pertumbuhan tingkahlakunya yang kooperatif. Biasanya persaingan itu timbul karena pengaruh yang ada di rumah-tangga dan masyarakat tempat anak tersebut dibesarkan. Apabila di dalam rumah tangga dan keluarga kerjasama yang lebih ditekankan daripada persaingan, maka dia akan cenderung menjadi anak yang tidak suka bersaing (non-competitive); sebaliknya jika persaingan sudah terbiasa disitu, maka tindakan persaingan itulan yang justru akan menjadi pendorong kuat baig tingkahlaku anak-anak. Sifat yang spesifik dari tingkahlaku kooperatif atau kompetitif (bersaing) juga ditentukan oleh reaksinya terhadap sikap kelompok.
Petunjuk hubungan anak dengan anak-anak lainnya dan orang-orang dewasa menjadi tanggungjawab yang tidak boleh dianggap enteng oleh siapapun yang diberi tugas membimbing sikap dan tingkahlaku anak tersebut.
Pada perkembangan moral anak dapat dilakukan dengan menanamkan sikap disiplin pada anak. Sesungguhnya tujuan dari penerapan disiplin adalah agar terbentuk perilaku yang sesuai dengan peran dalam kelompok sosial. Dalam menghadapi perkembangan sosial anak perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan seperti: pendidikan pada anak, mengendalikan sikap anak terhadap hal-hal yang dilarang, memberikan perhatian secara internsif, bersikap adil terhadap anak, dll. Dengan demikian, peran orang tua sangat mempengaruhi perkembangan sosial anak agar dapat berkembang dengan baik dan terarah.
4.2 Saran
Perkembangan sosial anak akan memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup anak. Untuk itu, perlu adanya pemahaman sikap anak, dimana masing-masing anak tidaklah mempunyai sikap yang sama. Dengan upaya pemahaman anak tersebut orang tua akan tahu bagaimana seharusnya memposisikan anak dan memberikan perlakuan yang sesuai usianya.
Menilik pembahasan dalam makalah ini diharapkan orang tua dapat memahami perkembangan anak sesuai tahapan usianya. Sehingga orang tua tidak salah dalam mengembangkan sikap sosial anak.

DAFTAR PUSTAKA

Asri, Dahlia N., S.Psi.,M.Si dkk. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Madiun: IKIP PGRI Madiun.
Crow, L & A. Crow. 1989. Psychologi Pendidikan. Yogyakarta: Nur Cahaya.
Djiwandono, Sri E. W. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.


0 Komentar::

Posting Komentar

♥♥♥Eit..Eit..kayanya pengunjung mau kirim komentar nih tentang bacaan barusan..ya dah..NAME/URL juga boleh kok..Makasih yah.. ♥♥♥