;
headline photo

wawancara riza primadi (SCTV) dengan gusdur

Sabtu, 19 Desember 2009

Transkip wawancara Riza Primadi dari SCTV dengan KH Abdurrahman Wahid di
kediamannya Ciganjur. Wawancara ditayangkan langsung di Liputan 6 Siang
pukul
12.00 WIB

Riza P : Menurut Gus Dur konsep dialog yang akan dilaksanakan seperti apa?
Gusdur :Ya, dialog itu harus melibatkan seluruh warga bangsa yang mau ngomong. Jadi saya buka open house umpamanya, di mana tiap hari datang orang, bias sepuluh, bisa empat, dan terus saya bilang sama mereka bahwa omongan anda saya rekam, nanti dari omongan anda ini kalau ada saya ambil pointersnya dan saya sampaikan pointers itu pada Pak Habibie dan Pak Wiranto pada hari raya nanti. Rekaman itu nanti saya transkip dan saya jadikan lampiran. Jadi mungkin lampiran itu tebal sekali.

R : Tapi yang datang itu kan beragam, ada yang rakyat biasa, ada yang elit?
G : Ya itulah rakyat, itu nasional.

R : Apa yang ingin dicapai dari mengumpulkan suara rakyat itu?
G : Kita coba mencari titik-titik pemecahan masalah bangsa kita

R : Dalam tiga hari ini apa saja yang sudah tertangkap dari masyarakat?
G : Yang saya dapatkan sudah dua point. Satu, keharusan kita untuk melakukan
pertukaran pikiran secara bebas dan menyalurkannya kepada pihak-pihak
pemerintahan. Sekarang ini yang macet kan itu.

R : Macet maksudnya pemerintah nggak mau dengar?
Pemerintah nggak mau dengar, rakyatnya nggak mau ngomong.

R : Demo-demo itu kan salah satu bentuk omongan?
G : Ya, tapi kan nggak semua senang demo. Jadi ada yang senang bicara apa adanya di muka saya, ya nanti saya sampaikan.

R : Kaitannya dialog nasional dengan pertemuan Gus Dur dengan Pak Harto?
G : Salah satu bentuk dialog nasional itu saya mencoba menemui pimpinan-pimpinaN kita yang punya pengaruh besar di masyarakat.

R : Pak Harto masih?
G : Ya, diantaranya Pak Harto. Pak Harto itu masih besar pengaruhnya di
masyarakat. Saya ini nanya dari Ketua NU wilayah Lampung, kemudian
orang-orang NU yang lain. Pada umumnya menjawab bahwa masih banyak orang yang melihat bahwa Pak Harto bisa memberikan sumbangan pemikiran kepada kita semua. Walaupun dia sudah bukan presiden.

R : Tapi banyak orang yang tidak bisa menangkap pemikiran Gus Dur seperti itu
ketika beberapa waktu yang lalu Gus Dur mengkritik Pak Harto dengan keras
melalui buku Adam Scwarth tapi kemudian sekarang ngajak ngomong. Bagaimana ini?
G : Lho, menyatakan bahwa Pak Harto dulu ndak siap untuk satu perubahan, tidak siap untuk suatu penghentian keadaan itu bukan berarti beliau tidak mau berbicara. Bukan berarti beliau tidak mau dialog. Justru ketika beliau berhenti menjadi presiden justru mungkin ada peluang untuk memikirkan apa yang telah terjadi. Menuju kepada masa depan.

R : Kalau pandangan Gus Dur dulu sebelum Pak Harto lengser dengan sekarang ada perbedaaan nggak?
G : Ya ada

R : Di mana perbedaannya?
G: Sekarang menurut saya lebih gampang untuk bicara dengan orang. Lebih gampang ketemu orang. Lebih bebas dalam tindakannya dan lebih segar.

R : Mungkin karena tidak jadi presiden lagi?
G : Mungkin

R : Apa bukan karena Gus Dur punya massa, kemudian Pak Harto ingin ketemu Gus Dur supaya dapat dukungan?
G : Oh ndak, Pak Harto ndak pernah ngomong begitu.

R : Jadi yang diomongin apa saja Gus?
G : Yang diomongin ya, beberapa sebab dari kebijaksanaannya yang diambil di masa lampau, kemudian keadaan sekarang bagaimana. Sekarang ini Pak Harto menyatakan ia pusing dengan mahasiswa. Tiap hari kok demo. Dianggapnya saya nggak ngerti. Wong saya ngerti kok.

R : Terhadap soal apa?
G : Yang mereka tuntut itu lho. Makanya Pak Harto sekarang ini meminta supaya
segera ada clearence, semacam penyelesaian terhadap masalah. Jangan digantung seperti ini. Supaya cepat diadili.

R : Kalau Gus Dur sendiri menyampaikan apa ke Pak Harto?
G : Saya menyampaikan itu saja. Supaya ada pertemuan dengan Pak Habibie, PakWiranto.

R : Dengan Pak Harto dan Gus Dur?
G: Ya

R : Sebelumnya Gus Dur ketemu Pak Habibie kemudian ketemu Pak Harto, nuansa perbedaannya di mana dari dua pemimpin itu?
G : Pejabat kita itu sama dalam kebiasaannya. Pak Harto itu 32 tahun jadi presiden. Ketika saya masuk diberondong dengan keterangan tentang berbagai
policy dia di masa lampau. Pak Habibie juga begitu. Begitu sarapan langsung
cerita, ketemu ini ketemu itu. Jadi saya satu jam duluan mendengar dan selalu
iya pak, iya pak! Ya nggak apa-apa kita sudah tahu budayanya pejabat, ya
sudah.

R : Tapi kemudian Pak Habibie menolak ketemu empat orang tersebut? Nggak, nggak menolak. Kalau sebagai presiden, ya. Sebagai pribadi tidak. Pertemuan itu pribadi. Dengan kata lain tidak di muka pers.

R : Kira-kira agendanya apa?
G : Ya nanti, tergantung pertemuan itu. Kalau saya beranggapan, lebih baik kumpul, lalu ini kita bicara apa. Nanti kan ketemu titik-titiknya.

R : Saat sekarang kekuatan kan tidak hanya empat orang, ada kekuatan masyarakat di luar itu. Bagaimana bisa menyelesaikan persoalan kalau ada kelompok lain tidak Diajak Memang kita nggak menyelesaikan kok. Mencari penyelesaian. Penyelesaiannya di tempat lain. Di mana Gus?
G : Ya di MPR. MPR memutuskan melalui TAP. TAP diundangkan melalui DPR.

R : DPR hasil pemilu yang nanti?
G : Ya. Jadi kita sekarang bicara supaya nanti ada masukan untuk MPR yang akan datang. Jadi sekarang tidak berarti kita akan memecahkan seperti anggapan. Beberapa orang. Itu salah. Saya nggak berniat itu.

R : Ketika Gus Dur sehabis bertemu Habibie reaksi langsung positif tetapi ketika
bertemu Pak Harto reaksinya sangat negatif. Gus Dur bisa mengerti itu kalau ada reaksi negatif?
G : Yang bereaksi negatif dasarnya memang tidak senang, mau diapakan.
R : Tidak senang terhadap Gus Dur atau Pak Harto?
G : Terhadap saya juga tidak senang. Jadi mereka takut. Saya ini terus terang saja
yang butuh ini PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Kalau saya berhasil mencapai ini nanti PKB bayangkan kayak apa. Akan menjadi pihak yang mencapai dukungan besar. Memang ini yang mereka takuti.

R : Kecurigaan ini berdasar nggak. Apa memang Gus Dur arahnya begitu?
G : Ya tidak, wong saya tidak ada urusan dengan PKB. Saya ini ketua NU.

R : Ada yang bilang bahwa ini dalam rangka upaya Gus Dur untuk ingin masuk lingkaran kekuasaan? Ya biar saja. Ngladeni omongane wong.

G : Tapi nggak akan dijawab Gus? Nggak, untuk apa. Pemerintah lebih kecil dari saya.

R: Tapi masyarakat kan butuh penjelasan Gus?
G : Ya saya sudah jelaskan dengan bermacam-macam jalan. Ada yang ketemu saya untuk open house. Ada teman-teman yang telepon. Ini semua tugas saya untuk mnjelaskan pada masyarakat.

R : Kelompok Ciganjur lain sudah telepon?
G : Saya tahu kok kalau Pak Sultan Ibu Mega dan Pak Amien saya tawarkan pada Pak Harto nggak mau dia ketemu.

R : Ada komunikasi nggak setelah ketemu dengan Pak Harto?
G : Belum. Nanti saya jelaskan kalau masalah ini sudah selesai di masyarakat. Sekarang kan reaksi-reaksi masih ada. Walaupun tidak banyak. Saya tahu sendiri. Masyarakat menjunjung kok. Jangan sampeyan baca wawancaranya ya, orangnya ya itu-itu juga. Amien Rais, Ahmad Tirtosudiro, lalu yang minor-minoritu. Lalu tambah Arbi Sanit. Ya orangnya itu-itu lagi. Apa benar mereka mewakili masyarakat. Saya kok nggak yakin. Tapi rakyat yang tiap hari ngomong sama saya. Supir-supir taksi, orang jual rokok, semua pada senang kok, sebab mereka juga takut perang saudara. Inti utamanya kan banyak sekali pengikut-pengikut Pak Harto yang bikin keributan karena tidak puas idola mereka digencet-gencet.

R : Itu tujuan akhirnya untuk mencegah kerusuhan-kerusuhan?
G : Ya, itu untuk mencegah kerusuhan-kerusuhan. Rakyat senang itu.

R : Dengan cara mempengaruhi Pak Harto?
G ; Ya. Ada dua sebab, satu kerusuhan itu sendiri menimpa mereka. Yang kedua
investor asing tidak masuk gara-gara ribut. Jadi ribut ini harus diakhiri. Maka itu mereka senang dengan saya, baik dengan pendapat saya.

Didistribusikan tgl. 23 Dec 1998 jam 09:39:21


0 Komentar::

Posting Komentar

♥♥♥Eit..Eit..kayanya pengunjung mau kirim komentar nih tentang bacaan barusan..ya dah..NAME/URL juga boleh kok..Makasih yah.. ♥♥♥